Halooo my dearest cousin of all time, @fitriimoseley!

Pagi tadi gue kaget banget baca WA lo yg nanyain soal surat. Ahh I was really surprised waktu tau lo ada nulis surat buat ultah gue..!

Jadi tadi gue udah deg-degan banget ke kantor pos, ekspektasi gue banyaaak, dan harapan gue gede bakal nerima tu surat... trus eh ternyata... emang gue ga berjodoh sama surat itu, gue telat ngomplainnya karna ini udah lewat 6 bulan dan nomer resi suratnya otomatis udah keapus :'(

Aaaahhhh gue sedih ga nanggung-nanggung, tukang parkir kantor pos lah yang jadi saksi sedih gue tadi fit :(
Trus pulang-pulang ke rumah gue masih denial dan masih sedih banget, gue kayak "Why don't you tell me like 3 months earlier?" atau "Why doesn't God tell you to tell me 3 months earlier?" (ya namanya juga lagi sedih + PMS semua-semua disalahin hehe)
Urgh, gue masih sedih sampe sekarang.

Trus gue pengen langsung bilang ke elo, tapi apa daya time difference menjadi penghalang di antara kita, WA gue ke elo ga berbalas-balas karena lo masih tidur di sana, jadilah gue sedih sendirian :'|

Hmm, udah la ya bahas surat-suratnya, nanti kita sambung di WA aja.. hehe

Inti surat kali ini sebenarnya cuma gue pengen bilang gue kangeeeen pake bangeeet sama elo..! Ini adalah masa terlama kita ga pernah ketemuan, udah hampir dua tahun (lebay tapi bener), semoga lo ga capek denger gue bilang kangen sering-sering ya..! And I'm craving for that days when we would just lay around and having talks about anything..! Ahh you know how much I've missed you :(

Uhm gitu aja sihh, pleeeaassee take care..! Jaga diri baik-baik di sana, selalu doa untuk kelancaran hidup kita berdua masing-masing (ini penting hahaha) dan semoga hal yang kita inginkan sebentar lagi kesampaian, aamiin..!

Okay, last but not least, mungkin surat ini ga se-keren atau se-berharga surat-surat yang udah elo tulis untuk gue (yang sekarang entah berada di mana), namun semoga cukup mengobati hati kita ya :')

Satu lagi, SEMOGA kita bener-bener bisa ketemu taun ini..! Semoga semesta memudahkan rencana kita, Allahumma aamiin!

See ya!

Surat Pengganti

by on 5:35:00 PM
Halooo my dearest cousin of all time , @fitriimoseley! Pagi tadi gue kaget banget baca WA lo yg nanyain soal surat. Ahh I was really sur...

Pontianak, 4 Februari 2013

Yang kusayangi, anak perempuanku


Sama seperti saudara lelakimu, melahirkan dirimu juga adalah hal yang paling indah yang pernah ibumu rasakan, Anakku. Begitu tangisanmu memecah dunia, ibu merasa sungguh lega. Putriku ini sungguh molek sekali parasnya. Kau mewarisi garis wajah ayahmu yang lembut, Nak. Hanya saja kau jelita sedang ayahmu itu sungguh tampan.


Ketika kau bayi, Anakku, ibu adalah orang yang tak puas-puasnya menggendongmu. Menyanyikanmu lagu, menyenandungkan shalawat, memperdengarkan murotal. Kau tak kalah berharganya dengan saudara lelakimu itu, sama sekali tidak. Cinta ibu tidak terbagi, justru bereplikasi. Bertambah. Mengganda. Ayahmu juga tampak sungguh senang akan kehadiranmu, ialah yang selalu sabar menimangmu kala engkau menangis. Aku tak pernah melihat wajah Ayahmu se-berbinar itu, Anakku. Kebahagiaan kami sungguh nyata.

Saat kau balita adalah saat-saat kau paling lekat dengan ayahmu. Sedikit-sedikit kau minta gendong, menggelendot, atau berlari menangis menenggelamkan diri saat saudara lelakimu mengganggumu. Kami hanya bisa tertawa melihatnya, lalu mengajak kalian berdua berbaikan dan bermain bersama-sama dengan rukun. Lalu saat malam hari kita sekeluarga berjalan-jalan, minum es shanghai atau makan setangkup roti bakar. Kamu adalah gadis kecil yang kuat berkhayal dan tak letih-letih menceritakan khayalanmu. Kami pun tak bosan mendengarkannya sambil sesekali bertepuk tangan atas hebatnya imajinasimu, Nak.

Memasuki sekolah, kau akan bersekolah di tempat yang sama dengan saudara lelakimu, dan ia akan jadi orang yang protektif, sedikit-sedikit mengawasimu. Takut saudara perempuannya kenapa-kenapa. Kadang kau ikut-ikutan nakal membeli jajanan sembarangan, tapi kadang justru kau yang mengomel dan berkata, "Jangan jajan lagi, nanti ibu marah.."
Dan hal itu malah membuat kalian bertengkar, walau di malam hari sebelum kalian belajar bersama, kalian akan saling menautkan jari dan meminta maaf. Sesekali kau ingin mengikuti ayahmu dan saudara lelakimu shalat di mesjid, namun akhirnya kamu lebih memilih shalat berjama'ah denganku, karena kamu tidak mau aku sendirian menjaga rumah. Lalu setelahnya kita bisa membaca Al-Qur'an dan kau mengulang-ulang hapalanmu dengan antusias.

Masa remaja adalah masa yang paling sulit, tidak hanya buatmu tapi juga untukku. Masa itu kau agak lebih sering menentangku, mengira aku tidak mengerti persoalan-persoalan yang sedang kau hadapi. Tapi aku mengerti, Nak, karena aku dulu juga sepertimu. Lalu ketika masalahmu terasa memberat barulah kau menangis meminta solusi padaku. Aku akan berusaha menjadi ibu terbaik yang mendengarkan dan memberi saran, bukan hanya melarang-larang. Diam-diam kita akan sering menghabiskan waktu hanya berdua, sekedar untuk berbagi cerita seputar apa saja.

Kau mulai tertarik dengan pria, tentu saja. Dan aku yakin ayahmu akan mencegahmu mati-matian dari lelaki yang salah. Kau akan merasa orangtuamu jadi lebih pengekang dari biasanya, tapi ketahuilah Nak, semua itu murni karena kami tak ingin engkau mengenal luka karena cinta. Meskipun begitu, kami tahu kau pada akhirnya akan bertemu dengan lelaki yang baik, yang seperti ayahmu. Yang menjagamu dan menghargaimu. Dan membuat kami rela melepasmu.

Semakin kau besar, semakin kau mandiri. Kau akan jadi wanita yang hebat yang tau benar apa yang kau inginkan dan cita-citakan. Tentu aku dan ayahmu akan mengingatkan agar dirimu tak terlalu ambisius. Kau akan sibuk berorganisasi, menambah ilmu dari mana saja, berteman dengan banyak orang, dan menjadi partner yang baik dengan saudara laki-lakimu itu. Ibu hanya akan menjadi seorang ibu yang tak lepas membuatkanmu susu hangat juga sepiring sarapan setiap pagi. Menatapmu sambil mengingat bagaimana ibu dulu.

Ah, berkaca-kaca mata ibu menuliskan ini semua. Sungguh banyak anakku, banyak yang tak tersampaikan hanya lewat pena. Namun di atas segalanya, ayah dan ibu adalah sepasang orang tua yang beruntung. Karena kau adalah putri kami yang sangat berharga. Selamanya.
Pontianak, 3 Februari 2013


Teruntuk anak lelakiku,


Nak, sebelum aku mengawali surat ini, aku ingin memberitahu bahwa engkau adalah anak lelakiku yang tampan. Melahirkanmu adalah salah satu kebahagiaan terbesarku dalam hidup. Mendengarkan tangisanmu pertama kali, membuat jerih payahku sebelumnya sirna. Kamu adalah hal yang membuat aku dan ayahmu lengkap. Kau membawa senyum baru dalam keluarga kecil kita.


Ketika kau masih bayi, aku akan jadi orang yang paling intens memperhatikan satu demi satu pertumbuhan dan perkembanganmu. Aku mungkin akan rajin mencatat kapan pertama kali kau tiarap, duduk, berdiri, berjalan. Akulah yang akan membuatkanmu lagu-lagu pengantar tidur, seperti yang dulu dilakukan nenekmu pada ibumu ini. Aku orang yang ketat akan asupan makanan yang kamu dapatkan, sampai-sampai ayahmu mungkin akan gemas melihat ibumu ini begitu cerewet dalam mengasuhmu.


Ketika kau sudah memasuki usia balita, aku akan jadi ibu paling bahagia yang melihatmu mulai berceloteh sana-sini dan senang berlari kesana kemari. Ayahmu akan jadi orang paling repot menjagamu, tapi sekaligus sangat senang melihatmu tumbuh begitu sehat dan lincah. Kami akan jadi orang tua paling beruntung. Rasa-rasanya kami ingin mengajarimu semuanya, dari bermain bola, membaca buku cerita bergambar, main catur, berenang, bersepeda, sampai memanjat pohon..!

Ketika kau mulai bersekolah, kami akan jadi orang tua yang paling repot dan heboh mempersiapkan, namun kamu adalah anak lelaki yang pintar dan cerdas dan mudah menyesuaikan diri sehingga kami tidak perlu cemas bagaimana kau harus menjalani hari-harimu di sekolah. Aku akan mempersiapkanmu bekal, tentu saja, aku kurang percaya dengan jajanan-jajanan di luar sana. Tapi sekali-sekali jika kau ingin bolehlah kau beli, diam-diam pastinya tanpa sepengetahuanku. Lalu lama kelamaan kau akan mengaku karena kau tidak bisa berbohong lama dariku. Ah ya, mulailah mengikuti ayahmu ke mesjid manakala waktu shalat tiba, dan sepulangnya, belajarlah membaca Al-Qur'an didampingi oleh ayahmu. Setiap malam, kami akan membantumu mempelajari pelajaran yang sulit di sekolah. Ibumu akan mengajarimu bahasa Inggris, sementara ayah akan mengajarimu matematika.

Pesanku, Nak, jalanilah sekolahmu tanpa beban, dengan penuh kesenangan. Karena ibu dan ayah tidak memaksamu untuk menjadi murid paling pintar atau cemerlang. Ingatlah, bahwa sekolah itu bukan kewajiban, namun belajar itu adalah kebutuhanmu, untuk bekal dalam menjalani kehidupanmu kelak.

Semakin bertambah usiamu, ayahmu akan mengenalkanmu dengan tanggung jawab. Kau akan dilibatkan jika ada sesuatu yang ayahmu kerjakan. Misalnya kau akan membantu menangkap ikan ketika ayahmu membersihkan kolam ikan. Atau kau bisa bersepeda ke warung untuk membeli kecap ketika ibumu ini lupa bahwa kecap sudah habis ketika tengah sibuk memasak. Kau akan melakukan semuanya dengan senang hati, karena kau senang dapat membantu ayah ibumu meskipun hanya bantuan sederhana. Kau juga akan memiliki adik atau kakak perempuan. Kau akan menjadi saudara lelaki yang lembut dan penyayang seperti bagaimana dua pamanmu menyayangi ibumu ini.


Lalu kau akan memasuki masa remaja, kau akan mulai mengenal dunia luar lebih banyak, mengenal jenis emosi yang lebih rumit, dan mendapatkan pengalaman-pengalaman tak terduga. Aku percaya kau akan jadi remaja yang cukup baik dalam menyikapi semua itu, tentu saja ayah dan ibumu selalu ada, untuk tempatmu bertanya atau sekedar bercerita.

Saat kau sudah mulai dewasa, kau akan mempelajari apa itu cinta, dan kau akan mulai tertarik untuk menjalin sebuah hubungan dengan perempuan yang kau sukai. Pesanku, Nak, perlakukanlah wanitamu sebaik-baiknya, jangan kau kecewakan ia. Jangan pernah menyakitinya, ingatlah bahwa ibumu ini juga seorang wanita, dan tentu saja aku tak suka bila sesamaku disakiti. Maka bijaksanalah dalam berjatuh cinta dan memanajemen rasa.


Ah, tapi aku percaya kau akan jadi lelaki yang baik. Yang mampu bersikap dewasa, yang menyayangi orang tua dan menjaga saudara perempuannya dengan penuh kasih sayang. Kau akan jadi lelaki yang menggenggam masa depan di tanganmu, sekaligus suami dan ayah yang hebat dalam keluargamu kelak.


Surat ini bukan hanya sekedar pesan, Anakku. Surat ini juga adalah tanda, bahwa ibumu ini sungguh bahagia dan bangga memiliki putra sepertimu.
Haloo Februari...!

Selamat datang..!
Kedengarannya ceria, ya? Ceria memang. Aku sedang senaaaang! Akhirnya 'tugas' yang tengah intensif kukerjakan beberapa minggu ini selesai..!

Bersamaan dengan tuntasnya pekerjaanku, aku sejenak ingin berhenti. Berdiam diri dan memandang ke belakang sejenak. Mengilas balik apa-apa saja yang telah terjadi selama Februari di tahun-tahun belakangan ini. Tidak apa kan?


Februari 2010


Aku sungguh ingat Februari yang ini, bagaimana bisa lupa? Kala itu 'Februari cinta' menyapaku. Setelah bulan-bulan sebelumnya aku harus berhadapan dengan sakit hati dan luka, ternyata akhirnya seseorang datang, mengetuk pintu, masuk dan membawakan tawa. Aku ingat betapa bahagianya aku pada waktu itu. Aku mengiaskannya sebagai menemukan potongan puzzle terakhir. Menemukan yang tepat. Di Februari satu itu, aku tak henti-henti berterima kasih. Untuk pertama kalinya aku merasa cukup. Sempurna.



Februari 2011


Seharusnya Februari di tahun ini menjadi pengulangan bahagia di Februari tahun sebelumnya, benar begitu? Tapi ternyata tidak. Seseorang yang datang tersebut ternyata harus pergi, masih di tahun yang sama. Aku masih ingat betapa di Februari tahun ini aku bersedih-sedih sendiri, mengenang yang lalu-lalu. Yang dulu-dulu. Tuhan yang tahu betapa aku kecewa, dan kemudian menyumpah-serapah cinta. Aku pada saat itu, adalah aku kerjanya menangis dan meratap saja. Ah, betapa lucu. Menyedihkan, tapi lucu :')



Februari 2012


Bulan Februari di tahun ini (yang berarti Februari tahun lalu) aku perlahan sembuh. Sedikit demi sedikit aku mengumpulkan serpih-serpih kehidupanku yang sempat hancur berantakkan. Aku mulai belajar bahwa bahagia dapat datang dari pintu mana saja, dan dalam bentuk apa saja. Aku dikelilingi teman-teman kuliahku yang luar biasa dan tentu saja dua sahabatku sejak SD, meskipun kami kuliah di jurusan yang berbeda-beda. Ah, betapa bahagianya aku di tahun yang lalu. Tidak ada cinta yang melengkapi, memang. Namun tak mengapa, aku sudah merasa cukup bersyukur. Hidupku lebih dari indah.



Februari 2013


Februari... tahun ini....? Aku belum tahu akan jadi seperti apa. Aku tidak punya harapan khusus, tidak punya ekspektasi gila apakah bulan ini akan menjadi baik dan bahagia.
Namun Februari ini dibuka dengan aku yang tersenyum lebar. Tertawa. Karena apa? Pada hari ini, tepatnya, aku telah menyelesaikan tugasku. Menggenapkan satu mimpiku, meskipun belum sama persis seperti yang ada di kepala, ah tapi aku sedang menunggu. Menanti Tuhan menyelesaikan bagianNya, mewujudkannya menjadi nyata atau tidak..! :')

Apakah aku bahagia? Bahkan seluruh kosa kata dalam Bahasa Indonesia tidak bisa mendefinisikannya.

Dan untuk cinta...? Well, entahlah. Aku masih tidak tahu, kita lihat saja..! :D



Doakan aku, ya!