baginya, yang untukku adalah dunia

hari ke delapan belas di dua ribu dua belas,

untukmu ibu, yang restu Allah terletak pada restumu..


selamat pagi bu,
mungkin aneh rasanya menerima surat dariku karena jelas - jelas kita bertemu nyaris setiap waktu, meskipun kini frekuensi pertemuan kita sudah tak menentu.

aku menuliskan surat ini spesial untukmu, sengaja kubuat pagi hari disaat pikiranku belum buntu, dan agar terhindar dari deadline yang membuatku terburu - buru.


aku menuliskan surat ini, semata - mata karena ada hal - hal yang tak bisa terucapi, hanya bisa dibisikkan oleh hati. yang mungkin aku terlalu gengsi untuk menyatakannya langsung, atau mungkin pernah ingin kusampaikan namun lalu urung. jadi biarlah surat ini sebagai perantara, karena sungguh, aku ingin sekali bicara.


ibu,
maaf selama ini aku jarang mengungkapkan cinta,
aku hanya tak ingin itu menjadi sesuatu yang klise, hingga nanti akan terdengar biasa..
namun meskipun tak terkata, aku tetap mencintaimu..
sebagaimana daun mencintai embun, karena memberinya kehidupan
sebagaimana gelap mencintai cahaya, karena memberinya harapan
sebagaimana langit mencintai mayapada, karena memberinya topangan
dan sebagaimana pagi mencintai matahari, karena memberinya sebuah keindahan..

aku mencintaimu bu,
dalam bahagiaku, nestapaku, sukaku, marahku, kesalku, rinduku, penatku, gelakku, tangisku, dan dalam sayangku..

selalu ada cinta untukmu bu, meski itu dari suara hati yang kedap, meski bibirku jarang mengungkap.

dan maaf pula atas semua salah, yang telah menghadirkan amarah
maaf atas tetes air mata yang pernah karenaku mengalir dari kedua bola mata
maaf atas riak - riak yang membuat batinmu sesak
maaf atas segala kecewa, yang membuat engkau harus terus menerus berlapang dada
maaf atas segala perdebatan - perdebatan kita, meskipun aku tau bahwa hal itu didasari cinta.

terlalu banyak dosa yang telah engkau maklumi, yang kau balas dengan cinta tanpa henti..

maafkan aku ibu, karena kurasa aku tak dapat menebus semuanya, kecuali dengan menjadi seorang ibu juga suatu saat nanti..
dan pada saat itu tiba, ajari aku bu, untuk menjadi tabah sepertimu karena kurasa aku tak akan mampu..

ibu, terima kasih..
untuk segala letih yang kau rasakan saat aku dalam kandungan,
untuk segala jerih yang kau tanggung saat proses kelahirkan,
untuk segala lelah yang kau rasakan saat menjagaku sehari semalaman,
untuk segala nasihat yang tak pernah lupa kau beri, meski seringnya kuabaikan,
untuk segala motivasi, semangat, dan dorongan ketika aku nyaris berhenti pada titik keputus - asaan,
untuk segala senyum, tawa, pujian dan rasa bangga yang kau berikan ketika aku meraih kesuksesan,
untuk segalanya yang telah kau beri, ibu, yang bagiku lebih dari semesta telah engkau berikan..

ibu, tahukah..?
ibu adalah alasan terbesar aku mengubah cita - citaku,
karena saat ibu sakit, ibu tahukah bagaimana cemasnya aku karena tak tahu - menahu seperti apa sebenarnya kondisimu, yang kubisa hanyalah menunggu di luar ruang ICU.
ibu pernah berkata, ibu senang jika aku lebih mendalami bahasa inggris, agar bisa sepertimu.
aku juga menginginkannya bu, karena bukankah itu cita - citaku sejak dulu? tapi apakah engkau tahu, aku kini lebih ingin mendalami ilmu kesehatan agar bisa turut menjaga kesehatanmu..


bu,
kurasa surat ini sudah mencapai akhir..
semoga suatu saat engkau dapat membacanya bu, agar kau tahu bahwa aku mempunyai rasa sayang yang tak kalah besarnya denganmu..


dan terakhir, terima kasih..
darimu aku belajar bagaimana mencintai tanpa alpa, mengasihi tanpa cela :)


dari aku,
anak keduamu yang selalu kau kasihi dan cintai, isma resti pratiwi..

No comments:

Post a Comment

hey, you should leave a trace :D