Surat Seorang Ibu kepada Anak Lelakinya

Pontianak, 3 Februari 2013


Teruntuk anak lelakiku,


Nak, sebelum aku mengawali surat ini, aku ingin memberitahu bahwa engkau adalah anak lelakiku yang tampan. Melahirkanmu adalah salah satu kebahagiaan terbesarku dalam hidup. Mendengarkan tangisanmu pertama kali, membuat jerih payahku sebelumnya sirna. Kamu adalah hal yang membuat aku dan ayahmu lengkap. Kau membawa senyum baru dalam keluarga kecil kita.


Ketika kau masih bayi, aku akan jadi orang yang paling intens memperhatikan satu demi satu pertumbuhan dan perkembanganmu. Aku mungkin akan rajin mencatat kapan pertama kali kau tiarap, duduk, berdiri, berjalan. Akulah yang akan membuatkanmu lagu-lagu pengantar tidur, seperti yang dulu dilakukan nenekmu pada ibumu ini. Aku orang yang ketat akan asupan makanan yang kamu dapatkan, sampai-sampai ayahmu mungkin akan gemas melihat ibumu ini begitu cerewet dalam mengasuhmu.


Ketika kau sudah memasuki usia balita, aku akan jadi ibu paling bahagia yang melihatmu mulai berceloteh sana-sini dan senang berlari kesana kemari. Ayahmu akan jadi orang paling repot menjagamu, tapi sekaligus sangat senang melihatmu tumbuh begitu sehat dan lincah. Kami akan jadi orang tua paling beruntung. Rasa-rasanya kami ingin mengajarimu semuanya, dari bermain bola, membaca buku cerita bergambar, main catur, berenang, bersepeda, sampai memanjat pohon..!

Ketika kau mulai bersekolah, kami akan jadi orang tua yang paling repot dan heboh mempersiapkan, namun kamu adalah anak lelaki yang pintar dan cerdas dan mudah menyesuaikan diri sehingga kami tidak perlu cemas bagaimana kau harus menjalani hari-harimu di sekolah. Aku akan mempersiapkanmu bekal, tentu saja, aku kurang percaya dengan jajanan-jajanan di luar sana. Tapi sekali-sekali jika kau ingin bolehlah kau beli, diam-diam pastinya tanpa sepengetahuanku. Lalu lama kelamaan kau akan mengaku karena kau tidak bisa berbohong lama dariku. Ah ya, mulailah mengikuti ayahmu ke mesjid manakala waktu shalat tiba, dan sepulangnya, belajarlah membaca Al-Qur'an didampingi oleh ayahmu. Setiap malam, kami akan membantumu mempelajari pelajaran yang sulit di sekolah. Ibumu akan mengajarimu bahasa Inggris, sementara ayah akan mengajarimu matematika.

Pesanku, Nak, jalanilah sekolahmu tanpa beban, dengan penuh kesenangan. Karena ibu dan ayah tidak memaksamu untuk menjadi murid paling pintar atau cemerlang. Ingatlah, bahwa sekolah itu bukan kewajiban, namun belajar itu adalah kebutuhanmu, untuk bekal dalam menjalani kehidupanmu kelak.

Semakin bertambah usiamu, ayahmu akan mengenalkanmu dengan tanggung jawab. Kau akan dilibatkan jika ada sesuatu yang ayahmu kerjakan. Misalnya kau akan membantu menangkap ikan ketika ayahmu membersihkan kolam ikan. Atau kau bisa bersepeda ke warung untuk membeli kecap ketika ibumu ini lupa bahwa kecap sudah habis ketika tengah sibuk memasak. Kau akan melakukan semuanya dengan senang hati, karena kau senang dapat membantu ayah ibumu meskipun hanya bantuan sederhana. Kau juga akan memiliki adik atau kakak perempuan. Kau akan menjadi saudara lelaki yang lembut dan penyayang seperti bagaimana dua pamanmu menyayangi ibumu ini.


Lalu kau akan memasuki masa remaja, kau akan mulai mengenal dunia luar lebih banyak, mengenal jenis emosi yang lebih rumit, dan mendapatkan pengalaman-pengalaman tak terduga. Aku percaya kau akan jadi remaja yang cukup baik dalam menyikapi semua itu, tentu saja ayah dan ibumu selalu ada, untuk tempatmu bertanya atau sekedar bercerita.

Saat kau sudah mulai dewasa, kau akan mempelajari apa itu cinta, dan kau akan mulai tertarik untuk menjalin sebuah hubungan dengan perempuan yang kau sukai. Pesanku, Nak, perlakukanlah wanitamu sebaik-baiknya, jangan kau kecewakan ia. Jangan pernah menyakitinya, ingatlah bahwa ibumu ini juga seorang wanita, dan tentu saja aku tak suka bila sesamaku disakiti. Maka bijaksanalah dalam berjatuh cinta dan memanajemen rasa.


Ah, tapi aku percaya kau akan jadi lelaki yang baik. Yang mampu bersikap dewasa, yang menyayangi orang tua dan menjaga saudara perempuannya dengan penuh kasih sayang. Kau akan jadi lelaki yang menggenggam masa depan di tanganmu, sekaligus suami dan ayah yang hebat dalam keluargamu kelak.


Surat ini bukan hanya sekedar pesan, Anakku. Surat ini juga adalah tanda, bahwa ibumu ini sungguh bahagia dan bangga memiliki putra sepertimu.

No comments:

Post a Comment

hey, you should leave a trace :D