Sembilan menit tiga puluh lima detik

Serendipity. Akhir-akhir ini Anya sering sekali mendengar istilah itu digaungkan di mana-mana; judul novel, twitter, blog, artikel, tumblr. Many people think that word is somehow romantic. Finding something good without actually looking. An unexpected beautiful meeting.
Seperti sebuah pertemuan yang tidak direncanakan.. How romantic.
Bah.
Menurut Anya, si hopeless romantic yang ujung-ujungnya cuma hopeless ini, the word 'Serendipity' is overrated. Terlalu diagung-agungkan. Alasannya jelas. Karena menurutnya:
Pertama, kita nyaris setiap hari bertemu orang baru di dalam hidup kita, dan berani taruhan, lebih dari 80% tidak ada yang direncanakan. Most of meetings are unexpected. Emangnya kita bangun tidur berencana gitu buat ketemu mamang sate di simpang jalan? Atau dengan sengaja punya plan untuk ketemu sama temen SMP di salah satu booth di mall? Kecuali reunian, ngedate, meeting sesungguhnya alias rapat, all meetings count as 'unexpected'.
Jadi apanya yang romantis sih?
Dua, serendipity is a word that gives a false hope to hopeless people who haven't meet 'the one'. That someday, they will unexpectedly meet the love of their life beautifully. Ini yang menurut dia paling ngga bener. Sama ngga benernya dengan fairy tales ala disney princess bahwa suatu saat that prince charming would actually show up. Well, sejujurnya, dia sendiri adalah korban. All her life, she always wonder on how she's gonna meet that 'person'. Itu juga alasan dulu ia sering sekali mengikuti feeds Instagram '@thewaywemet; because she believes on that 'special meeting'. Tapi sekarang, ia yakin bahwa hanya sebagian kecil orang di dunia ini bakalan mengalami those kind of cute-meets. Sisanya...ya standar. Ketemu dan menikah karna udah waktunya, dikenalin temen, dijodohin lah, atau yang lagi ngetrend..ketemu via dating apps.
Well, she believes she bears no such lucks.
Tiga, ini alasan yang sebenarnya Anya tambah-tambahin. Bahwa ada 'pity' dalam Serendipity. And she just doesnt like the word. 
Intinya, dia merasa, Serendipity itu ngga seindah kedengarannya.

Until she met Satrio.

Pertemuan pertama dan keduanya dengan Satrio adalah sesuatu yang di luar perencanaan. Tidak ada dalam planning hidupnya..saat ini. But they meet anyway. Not once, but twice. And both of them are unexpected as ever. At least for her.

Dan tau, apa hal paling menyebalkan dari itu semua? The fact that now she wants more. It's been happening twice, siapa tau dewi keberuntungan berbaik hati padanya dan memberi mereka pertemuan ketiga, kan?

Anya menggeleng-gelengkan kepalanya. Hush. Apa-apaan sih.

"Haloo. Ini kepencet apa gimana ya, Nya?" Suara di seberang telepon membuyarkan pikirannya.

Oh no.
No way.
What have I done?? 

Anya mengernyitkan dahinya. Tertegun tak percaya melihat layar tabnya yang menampilkan whatssap call dengan wajah dan nama Satrio terpampang di depan matanya.

Gue abis ngapain???? Paniknya

"Halooooo...aku matiin ya?"

"Eh. Sat. Halo. Sorry-sorry. Tadi kepencet."

"Oh. Udah kuduga. Padahal aku seneng banget akhirnya kamu nelponin aku juga."

"Hahaha... Maunya. Tunggu...ini gimana kok bisa-bisanya ada kontak kamu sih di tab aku?"

"Hahaha oke, aku ngaku..abang-abang counter tempat kamu ganti tempered glass itu Nya.. He's a friend of mine. Trus pas dia pasang-pasang itu aku suruh diem-diem save-in nomer aku ke tab kamu hahaha."

Buset.
Speechless gueh.....Batin Anya

"Nya? Kamu ga marah kan ya? Maaf ya jadinya lancang. I was just trying on my luck. Siapa tau suatu saat kamu liat trus kepikiran untuk ngajak ketemu gitu."

"Ngg..."

"Kok diem Nya?"

"Gimana ya... Aku..speechless aja bisa-bisanya kamu kepikiran buat kayak gitu."

Kalo aja Satrio tau betapa kagetnya Anya waktu ujug-ujug di kontak whatssap tab nya tertera nama "Tri Satrio Arsitek". Dari 6 kontak whatssapnya. Karena kontak whatssap tabnya itu memang khusus hanya berisikan keluarganya saja.

Ketambahan satu orang tentu saja terlihat jelas di matanya.

" I just dont know whether I'll meet you again or not Nya."

"Dan kenapa gitu kita harus ketemu banget?"

"Hahaha gini Nya. Aku ngga lagi memuji atau ngomong manis atau yaa ngegombalin kamu ya. I'm just trying to be honest. Aku suka mengamati orang-orang. Dan dengan mengamati, aku jadi tau mana yang ke depannya aku bakal senangi dan mana yang nggak."

"Lalu?"

"Sebutlah kamu termasuk orang yang menarik buat aku. Menurut aku, menarik itu menyenangkan. Jadi ya, begitu."

Gila ni manusia, dalam hati Anya.
Sadar ga sih ngomong kayak gitu bisa bikin hati cewe normal kebat-kebit ngga karuan? Untung gue ngga baperan, batinnya lagi.

"Oke..... Menurut aku itu creepy, Sat."

"Tri, please."

"Iya whatever. Yaudahlah ya, sori tadi kepencet."

"Loh, ga jadi nongkrong ngopi di manaa gitu?"

"Loh, ada ya aku ngajakin?"

"Nggak ada sih hahaha."

Ketawanya, plis dikontrol, nggak usah ngebass betul... batin Anya.

"Well, kalo dibalik, kalo aku yang ajak, gimana? Tonight?"

Anya mengeluarkan 'hmmm' panjang sebelum akhirnya menjawab, "Okay, tonight."

"Great. Ketemu atau aku jemput?"

"Hmmmmmmmm......jemput? Deket kan ya?"

"Okay."

"Okay."
Hening sesaat, hampir saja Anya mematikan panggilannya.

"Eh.. Alamat lengkap kamu, Nya?"

"Oh...hahaha. Tadinya kukira kamu tau. Siapa tau sekalian kamu minta temen kamu itu buat ngotak-atik tab aku buat nyari alamat akuu gituuu...." Ejek Anya.

"Nya. THAT, would be creepy. Ya aku ngga gitulah hahah."

"Aku whatssap aja ya. Nanti lewat nomer whatssap aku satunya lagi aja. Nomer ini jarang kubuka."

"Oke."

"Oke."

Anya mematikan whatssap callnya. 09 menit 35 detik.

Lama ia terdiam, seolah tak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Ia tertawa, pipinya tanpa sadar merona.
Ia memasukkan tabnya ke tas, mengemaskan barang-barangnya, bersiap keluar kelas untuk pulang.
Ia berjalan di lorong dengan dada berdegup agak terburu hinnga tak sengaja hampir menabrak seorang wanita yang membawa setumpuk berkas di dalam sebuah map.

"Eh. Maaf." Ia menundukkan wajahnya tanda tak enak, tak sengaja melihat map yang bercorak tulisan-tulisan semacam doodles. Ia memicingkan matanya, tersenyum sendiri saat membaca salah satu kata di situ.

Serendipity.

Ah, that overrated word. Still overrated tho. Pikirnya.

Ia kemudian mengetik sesuatu di layar handphonenya,

"Rumahku di jalan Samudra nomer 33 ya. Atap cokelat, lantai teras warna kuning tua. Ada lampu tamannya. I expect to see you by 7 ;)"

Dua centang biru.

"Ay ay captain ('o')7."

Anya berjalan ke parkiran. Senyum dikulum. Hatinya bermonolog.

Empat, batinnya
Serendipity is overrated because, well.. Why expect the unexpected? Kalau memang bisa direncanakan, kenapa sih harus mengharapkan yang tidak direncanakan? Supaya kesannya romantis gitu, tau-tau ketemu karena takdir?

Percakapannya dengan Satrio via whatssap tadi terulang kembali di kepalanya bak film pendek.

...And talking about romantic, well, itu cuma masalah cara. Ngga musti kan ya selalu bergantung rencana semesta?

Senyumnya melebar sembari ia berkendara pulang.

5 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Ngga mesti bergantung pd rencanya semesta. Really? r u sure?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahha ngga begitu sih. I mean, hanya karna semua hal udah ditakdirkan bukan berarti kita ngga berusaha gitu. Btw kenapa komentar pertama dihapus? :D

      Delete
  3. Takdir yg aku pahami yaitu ketika aku tidak mempunyai kendali terhadap keadaan-keadaan dalam kehidupan. Seperti saat Tuhan menciptakan aku sbg manusia. Seandainya Tuhan mmberikn aku pilihan, aku tdk akn mau manjdi manusia. Tulisanmu bgus knp ga buat buku, kayak kumpulan cerpen gitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau soal itu masih jadi list mimpi yang mau digapai, doakan aja ya :D

      Delete

hey, you should leave a trace :D