sebab, mana tahu
akulah suatu waktu yang selama ini kau tuju

boleh jadi
akulah suatu tepi jalan panjang yang kau telusuri

mungkin saja
akulah suatu kala yang kerap digumam dalam doa
tentang penantianmu akan sebuah kita



november, 2014


sekumpulan suatu

by on 8:36:00 PM
sebab, mana tahu akulah suatu waktu yang selama ini kau tuju boleh jadi akulah suatu tepi jalan panjang yang kau telusuri mungkin saja...
kusebut engkau rumah, sebab;
tawamu sehangat tungku api
di ruang tengah bertelevisi

sebab;
pelukmu senyaman selimut tebal
menyelaputi jisimku per jengkal

sebab;
cintamu membuatku kenyang
laksana nasi panas dalam dandang

dan hatimu yang lapang
memanduku pulang

Kepada, lelakiku.
Di mana aku kelak melabuhkan hatiku.

Bukanlah perkara mudah bagi kita meninggalkan zona yang nyaman lalu menghempas diri pada lautan risiko bernama kehidupan rumah tangga. Namun kamu melakukannya, dan memilihku dalam menjalani segala yang menurut mereka adalah titik balik hidup sebenar-benarnya.
Maka sebelum semuanya, aku mengucapkan terima kasih.

Terima kasih telah nekat beranjak dari rumah nyaman yang di dalamnya selalu mengepul uap nasi hangat, sup panas dan lauk-pauk untuk kemudian memilih menjudikan perutmu pada masakanku yang tak sehebat buatan ibumu. Kamu tahu betapa aku tak pandai memasak --bahkan mi instan saja kadang tak matang atau justru gosong-- namun kau taruhkan masa depan lambungmu padaku.

Terima kasih telah sudi jadi lelaki yang mengambil alih tanggung jawab ayahku yang berat, menjagaku. Mengayomi, mengajari, menuntun pelan-pelan. Menjadi sosok yang menggantikan ayah mendengar celotehku tiap pagi atau membelikanku mi ayam, roti cane, atau sate ketika suatu saat aku ingin. Kamu tahu betapa aku mengandalkan ayah dalam hidupku --bahkan untuk hal remeh temeh seperti menanyakan alamat-- namun kau beranikan dirimu mengerjakan tugasnya dalam mengasihi dan melindungiku.

Terima kasih telah meletakkan hatimu kepadaku, menaruh nasibmu kepadaku bukan hanya dua-tiga tahun tapi (semoga) selamanya sampai tutup waktumu, memercayakan aku untuk mengandung dan membesarkan anak-anakmu kelak. Hampir mustahil rasanya akan ada lelaki yang mengerti aku sebegitu rupa, memahami kurang-kurangku dengan sabar sehingga aku tergerak jadi lebih baik. Mencintai aku dengan segenap-ganjilnya aku, dan memilih mempertahankannya dan bertekad untuk maju bersama-sama. Kamu tahu aku bukanlah wanita luar biasa, hanya perempuan yang manja-cengeng-insecure yang kadang berlebihan namun kamu berikan aku keyakinan bahwa aku jauh lebih baik dari itu.

Terima kasih, sungguh. Nanti, dalam waktu-waktu bersama yang panjang, mungkin beberapa kali aku mengecewakanmu, menyakitimu, melukaimu, namun ingatlah bahwa tak semua itu terjadi atas kesengajaanku atau karena aku telah berkurang rasa cinta kepadamu.

Sebab kasihku, saat aku menuliskan ini hingga nanti saat kita duduk berdua berdamping menyalami tamu-tamu yang berdatangan di pernikahan kita, kamu harus paham dan tahu..
Aku memilihmu. Sekali ini dan seterusnya begitu.

untuk kamu kelak

by on 9:53:00 PM
Kepada, lelakiku. Di mana aku kelak melabuhkan hatiku. Bukanlah perkara mudah bagi kita meninggalkan zona yang nyaman lalu menghempas dir...
Bukan cangkir-cangkir vodka; pun anggur murni
Melainkan dua teguk kafein dan cakap di penghujung hari
serta bola matamu yang hitam menikam, lelaki
membuatku mabuk hingga lupa diri

Bukan gincu merah lantang; pun kuku dadu
Melainkan tawa dan cinta yang tiada alpa bertamu
serta pulasan senyum yang tercipta sebabmu
mendadaniku hari ini sejak waktu itu

Dan aku duduk. Berdiri. Duduk. Berdiri. Memikirkan segala bukan yang lain-lain
entah-
Sebab semua bukan hal yang nyata lagi, namun
engkaulah pengecuali





Agustus, 2014. Sebuah sajak pendek yang lahir dari kopi wamena di sore hari.


And later on that day,
(just another usual day)

I'll be seeing you and smile
knowing
We have finally both stood on the alley
of fate
when God decides
whose rib has lost
shall reunite

a vision

by on 12:01:00 PM
And later on that day, (just another usual day) I'll be seeing you and smile knowing We have finally both stood on the alley of fa...
one of my favorite pic with the birthday girl <3


Hari ini, 21 tahun yang lalu, Allah menakdirkan seseorang untuk lahir ke dunia. Tidak ada yang tahu bahwa seseorang itu akan menjadi seseorang yang sangat-sangat penting buat saya. Sampai saat ini pun saya bersyukur tak habis-habis bahwa Allah membuat saya masuk ke Sekolah Dasar yang sama dengannya, lantas menjadikan kami teman dekat saat kelas 3.
Iya, teman dekat saja, pada saat itu. Teman yang sama-sama senang membaca, bisa ditanya soal pe-er setiap hari, teman yang baik, yang mau diajak bikin proyek nulis dan jualan gelang-gelangan dari kerang padahal kami masih berusia kurang lebih 9 tahun.
Belasan tahun berlalu sudah, dan sungguh, tidak menyangka bahwa seseorang tersebut masih berada di sisi saya dan menemani saya hingga kini. Menjadi tempat cerita, tempat tukar pikiran, tempat saya meminta sudut pandang dan opini, tempat saya berbagi segala jenis kebahagiaan serta kesedihan.

Namanya Firda. Orang rumahnya memanggil dia Anis. Nama lengkapnya, Firda Niswatul Ulya Putri. Saya dan sahabat saya yang lain, yakni Vini (dan sahabat Firda juga), sering mengejeknya 'boros nama' karena namanya yang terlalu panjang. Kami bahkan sering mengganti namanya menjadi bermacam-macam model, entah Firdaus, Firda Perkenut, Firda Niswatululululuuull dan lain-lain lagi yang kalau saya bongkar, bisa bikin si empunya nama ngomel-ngomel sendiri. Padahal arti namanya bagus sekali. Tapi saya lupa apa *digebuk*. Pokoknya kalau nggak salah, ada surga-surganya gitu. Mungkin nanti bisa ditanya ke orangnya langsung.  

Dia orang yang ga terlalu banyak mulut, tapi nggak bisa juga dibilang pendiam. Berkebalikan sama saya. Jadi kalau kami bertemu, saya yang suka ngomong panjang lebar, dia yang mendengarkan. Tapi, hebatnya, dia selalu merespon terhadap pembicaraan saya. Dia teman diskusi yang sangat-sangat menyenangkan dan pandai menilai situasi sehingga tau bagaimana menanggapi omongan lawan bicaranya.

Seperti yang sudah saya bahas tadi, kami berteman dari kelas 3 SD. Bukan hanya saya dan dia, tapi juga Vini. Awal kedekatan kami adalah tempat duduk (apalagi coba? hahaha) lalu proyek menulis kecil-kecilan di buku merek mirage harga Rp. 1.000 (pada saat itu) gambar harimau unyu isi 38 lembar. Kami mengerjakan proyek itu bertiga, menulis dongeng, cerpen, artikel-artikel (yang didapat dari majalah) dan lainnya. Lalu kami semakin dekat ketika kami mendapat peringkat yang berturut-turut, yakni 1, 2 dan 3. Sejak saat itu kami dikenal teman-teman dan guru-guru sebagai 3 serangkai.

Kedekatan kami berlangsung hingga SMP, dimana kami masuk ke sekolah yang sama. Lalu SMA, yang meskipun kami semua berpisah sekolah, kami selalu ngumpul minimal sekali dalam seminggu dan membuat 'jurnal' mingguan yang dioper-oper tiap seminggu sekali. Sampai sekarang, saat saya kuliah di Fakultas Kedokteran, Vini di Ilmu Pemerintahan dan Firda di Fakultas Ekonomi, kami masih bersama-sama dan rutin mengadakan pertemuan utamanya ketika Vini mendapat 'pesiar' (semacam izin keluar asrama di akhir minggu).

Di antara kami bertiga, Firda adalah orang yang paling-paling-paling sabar. Paling pengalah. Paling nurut. Paling bijak juga. Saya dan Vini sering berantem, dan Firda itu penengahnya. Firda itu kayak air yang bikin amarah dan keegoisan kami redam. Pernah ketika jaman SMP dulu saya dan Vini nggak teguran, Firda bahkan sampai nraktir kami di rumah makan supaya kami bicara dan baikan lagi. Firda juga orangnya nggak gampang marah, kalem, ga mudah tersinggung padahal selalu jadi bulan-bulanan saya dan Vini. Kalaupun sakit hati, dia cepat-cepat memaafkan. Firda itu orang sangat-sangat kami sayang bukan hanya karena kesabarannya menghadapi kami, tapi juga karena kemampuannya bikin kami jadi anak kecil tapi juga jadi dewasa sekaligus. 

Hal yang paling saya ingat dari seorang Firda adalah how she always tries to be a better person. Each day. Saya tau dia yang dulu gimana. Tapi sekarang dia udah banyaaak sekali berubah. Mulai dari cara jalan (yang dulu sering jadi bahan ejekan saya sama Vini juga, hahaha peace), gaya berpakaian, sampai hal-hal seperti beribadah yang jujur jauh melebihi saya dan Vini. Saya juga ingat betapa dia adalah sahabat yang paling baik hati yang tidak pernah perhitungan. Sedikitpun. Masih jelas di otak saya, dulu dia sering ngantarin saya kemana-mana pake motor, dari jaman kami masih bisa bonceng tiga sama alm. Neang Abahnya (Kakek), sampai dia yang nganterin pake motor sendiri. Dia juga orang yang nekat ngajarin saya ngendarain motor. Dia orang yang mau jemput saya gimanapun keadaannya kalo tiba-tiba saya dalam kondisi emergency. Dia juga orang yang selalu nanya 'Ada apa aay?' tiap status bbm saya sedih atau galau. Dan hal-hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak alasan saya sangat menyayangi dia :"> 

Hari ini, dia berulang tahun. Dan dari dini hari tadi, saya hanya kirim sms ucapan ke dia. Bukan karena saya tidak peduli, nggak mau ngontak, bukan pula karena saya sibuk. Saya sudah punya rencana nulisin ini untuk dia sejak lama, namun saya dan Vini sepakat akan memostingnya malam hari saat ulang tahunnya akan berakhir. Jadi kalau kamu ngerasa kamu dicuekin seharian ini karena kami sibuk, nggak gitu kok, Fir :p Surpriseee...! Hehehe

Saya menyayangi dia. Sangat-sangat sayang, setulus hati dan perasaan saya. Dia -dan Vini- adalah yang namanya hampir selalu tersebut dalam doa-doa saya, berharap kami menjadi sahabat tidak hanya di dunia tapi sampai ke akhirat, kelak.

Selamat ulang tahun, Firda Niswatululululuuulll! Selamat bertambah usia, kesayangan! Semoga Allah berkahi usiamu, memberikan manfaat dan rahmat di sepanjang langkah-langkahmu. Semoga kamu senantiasa dimampukan dalam setiap apapun yang menjadi ujian. Semoga ukhuwah kita semakin dikuatkan :)
Kamu salah satu orang penting dalam hidup saya, dan bahkan pernah terlintas di benak saya, kalau saja ada kamu versi lelaki, pasti orang itu akan saya nikahi. Hahahaha.

--

P.s. Ada pesan dari kesayangan kita:


dari 'Musuh-mu' Vini Cubidubidam hahahaha


VIP forever, Best Soul-Friendship everafter :)

We heart you, ay! <3 <3


Suatu kala, Dua bercakap kepada Satu,
'Hai, Satu,' katanya, 'sungguh, aku lebih baik darimu'

'Hai dua, begitukah?'
jawab Satu, heran.

'Tentu saja.' Kata Dua,
bangga melesaki dadanya
'Sebab Satu itu sendiri. Dua tidak.' jelasnya
lantang

Satu mendengar
senyum dikulum, ia mengujar,
'Duhai, Dua. Pikirku tak sesederhana itu.'
tuturnya, santun
'Tak kah kau pikir, bahwa dua pun dapat menjadi satu;
tiga dapat menjadi satu;
empat, lima dapat menjadi satu;
bahkan juta dapat menjadi
satu.'

Dua bergeming

'Lagipula,'
lanjut Satu
'Aku dan kamu adalah Dua, sedang kita adalah Satu
lalu bukankah kita,
tidak pernah sesendiri aku dan kamu?'


13/7/2014
-efek kopi tengah malam
O, betapa
rindu
Bukanlah pekerjaan yang
main-main

Maka lekaskan
temu
Jangan kita pikir yang
lain-lain

--

O, betapa
kita
Bukanlah satu kata yang
sulit

Jika saja
cinta
Tak lagi jadi rasa yang
rumit


712/7/2014
dua sajak pendek perkara merindukanmu.

betapa

by on 10:58:00 AM
O, betapa rindu Bukanlah pekerjaan yang main-main Maka lekaskan temu Jangan kita pikir yang lain-lain -- O, betapa kita Bukanl...
Maybe it is not the very first time people made a post about things that make them happy, but I'm in this mood to write sorta things (most of them are simple things) that always helps making me happy, for a moment or even all day.

1. Seeing my parents after an extremely busy day, kissing my Mom in forehead, and punching my Dad's arm as if we're bros.
It makes me happy because there had been time when my Mom got serious illness that she had to rest in the hospital. I remember went back to empty home, no one to kiss and no one to punch and laugh and debate. Believe me, one of best thing in life is going back home in the evening after an irrationally hectic schedule and see your parents feeling happy and fine.

2. Listening to my old favorite song, singing it loud or even recording it just to remind me that I'm a sucker at singing.
Oh yeah, it is a good thing to do. No matter how wrecked your voice is, or how you sometimes screw the lyrics and rhythms, it's just feels relieving to sing as if no one is listening. Singing in the shower works too (and by the way, you'll sound differently so you could record this one too).

3. Sniffing at new books.
I love the smells! The fresh papers probably have the same chemicals in petrichors, it creates an instant happiness. It adds extra happiness when you finish reading it and turns out it is a reaaallyy good book.

4. Have a good morning coffee.
You might call me mainstream but I am a caffeine addict. Even though I learned that coffee has bunch of unpleasant side effects, I still depend myself a bit too much to coffee. Every sip means heaven. I love how a cup of coffee keeps me alive and sane, makes my brain focus yet burst of thoughts at the same time. Coffee means happy. No doubt.

5. Hanging out with my best-soul-friends ever, Firda and Vini.
We are together since yeaarsss ago, and they know me like the back of their hands. We have gone through almost all kind of stages, and every moment with them still feels like magic. Sometimes we do things like play cards and monopoly, write journals, plan things, cook like a masterchefs, watch random movies and get bored, play sims, etc but most of times we just sit side by side and have a never-ending conversation. Even talk to them via bbm boost my happiness.

6. Having a night city tour.
By riding a motorcycle or driving a car, with or without companion, this activity is my favorite. Pontianak is a small city that sparks at night, I enjoy looking up at the streets and buildings (I like the old ones at Tanjungpura streets), watching people do their business, and feeling the atmosphere. I can say that Pontianak at mornings till afternoons' weather is not quite enjoyable because it's either hot or rain a lot. But in the evenings, the air just feels different.

7. Chatting with my cousin, Fitri, via everything possible.
She's my person. I talk to her about anything that crosses my thoughts; the biggest or smallest, the most important or silliest thing that occurs in my mind. And because we are always separated (sad, I know), she lives there I live here, technology is one of thing we rely the most to keep the communication going. Even though she proclaimed herself as a dark and twisty, she is my mood booster, a weight lifter that always cheers up my day. Sometimes we could be Mer and Christina that is scary and damaged, freaky and awkward-cursing at people or life in general, but other times we could be Max and Caroline that is balanced each other by being pessimist and optimist. I flew her a plane, she brought me parachutes--just in case. Sort of that.

8. Drowning to my bed doing nothing or just thinking all day.
I call this as an acceptable lazy thing. Beside, thinking and daydreaming makes me happy, but note that I don't do it often.

9. Writing.
I am not an official writer because I write on-off-ly. But when I write, I find joys (Oh and I really love it when people read and appreciate my writings, made me smiles ear to ear).

10. "How was your day?" from someone I love after a tiring day, someone who really cares and always wants to make sure that I am okay.
Always, always works :)
terpendam aku dalam rengkuh lengan
mu, dan kait bait genggammu dalam buku jemari

terhantam aku dalam kulit angan
ku, dan sadar benar insafku bahwa aku pemimpi

dua empat

by on 10:38:00 AM
terpendam aku dalam rengkuh lengan mu, dan kait bait genggammu dalam buku jemari terhantam aku dalam kulit angan ku, dan sadar benar ins...
Saya menyayangimu,
Tak perlulah ditanyakan berapa banyak,
berapa lama,
berapa dalam

Sebab tak pernah bukan, samudera bertanya
Berapa banyak air yang menggenanginya

Tak pernah bukan, bumi bertanya
Berapa lama matahari menghidupkannya

Tak pernah bukan, pohon tua bertanya
Berapa dalam akar yang kukuh menopanginya

Saya menyayangimu,
Tak perlulah kita bicara ukuran


tak perlulah

by on 7:37:00 PM
Saya menyayangimu, Tak perlulah ditanyakan berapa banyak, berapa lama, berapa dalam Sebab tak pernah bukan, samudera bertanya Berapa ba...
--

Semisalnya kau belum mengerti, maka kuberitahu-
bahwa dengan diam, bukan berarti aku meniadakan usaha perkara menjangkaumu.
Sebab, kasihku, gaung cintaku ini kukedapkan agar redam dalam doa pada Tuhanku, untuk menjagamu dan menjaga karunia perasaan untukmu.
Menuntunnya agar jadi lilin dalam gelap, bukannya jadi api yang melahap.
Maka senyapku juga adalah sebuah cara menyayangimu dalam bentuk yang lain. Dalam segala kepasrahan pada Yang Maha Memeluk Rasa. Harus kau tahu, mencintai terkadang berarti upaya keras merelakan, dan berusaha tidak memiliki sedikitpun-termasuk memilikimu dalam angan.
Tapi sekali lagi, tak berarti segala ikhtiarku menemui henti.
Karena dalam sayup cakap-cakapku denganNya, kuminta namamu dengan lirih. Memegang harap bahwa kau yang nanti menemaniku di sisi.

Untuk semesta,
dan kejutan-kejutan kecil yang tak habis-habisnya.

Jika aku diminta menyebutkan satu masa yang paling kuingat tentangmu semesta, maka dalam sekejap hipokampusku merujuk Desember itu. Neuron korteksku akan dengan cepat membongkar kembali satu ingatan kental tentang masa dimana aku berada dalam sebuah titik. Pemberhentian. Masa dimana aku sudah menerima segala yang akan semesta limpahkan padaku, sebab aku serasa habis dirampok dunia. Persahabatanku tengah dirajang, dikoyak-koyak, hatikupun rusak. Cinta memalingkan wajahnya dariku, saat itu. Membuat aku meng-ah sudahlah-kan segala. Menyerah. Kukira semesta memintaku untuk duduk berlutut mengangkat tangan tanda berpasrah. Maka itulah yang kulakukan. Aku menambal sulam perasaanku sendiri sambil setengah bersumpah, aku tak mau lagi menegur cinta dalam waktu berapa lama.

Namun kau sungguh lucu, semesta. Kau hantamkan aku padanya, kau pertemukan dua orang yang tengah tersesat mencari jejak kembali. Saling mencari tanpa sadar bahwa yang selama ini diinginkan, ada di sisi. Kau buat aku menelan ludahku, mencerna bulat-bulat janjiku bahwa aku ingin sendiri.
Luar biasa, semesta.

Lantas hari ini datang. Hari milikku dan miliknya. Hari dimana kami melarikan diri berdua. Menjelajah setiap sudut kota untuk menebar serbuk-serbuk kenang yang tak lekang hingga tua. Beribu rencana sudah terpeta jelas di kepala. "Kita akan naik sampan. Kita ke museum. Kita menonton pertunjukkan kapal terbang lalu duduk makan jagung menunggu petang."
Ah semesta, senang bermain-main kau rupanya. Kau jadikan hari ini sebagai hari yang bukan hanya aku, namun beratus ribu manusia menunggunya. Hari ini kau turunkan hujan, sebagai jawaban doa kami yang telah bosan menghirup asap dan merasai air ledeng yang asin. Kau tumpahkan air langit itu sebebas-bebasnya, menghapus habis segala rencana yang telah kubuat dengannya.

Aku tak sedang merutukmu, semesta. Tak mungkin aku mengumpat engkau yang telah membuat aku dan dia berpapas jalan. Aku menghormatimu, dan konspirasimu yang entah apa luar biasa. Maka di sinilah aku, memandangi pesan cinta darimu berupa rintik air meradu tanah. Sambil bersisian dengannya. Memutar lagi hujan kala lalu, dimana dia memaksa bertemu, padahal saat itu dia bukanlah sesiapaku...

Kutulis surat cinta yang terakhir ini untukmu semesta, sebagai tanda kita adalah dua sahabat lama. Satu saja, mohon jangan jadikan cinta yang satu ini percuma.. :)

Salam jari kelingking!




Hai bosse @PosCinta :D

Lagi apa? Sibuk meperin perangko? Atau jalan-jalan hore #NaikAgya?
Apapun itu, semoga menyenangkan ya, hari Sabtu lho ini, hihihi.

Nggak kerasa udah bulan Maret. Sudah memasuki bulan ketiga di tahun 2014. Udah hari ke 29 juga program 30 Hari Menulis Surat Cinta. Tinggal sehari lagi... Aku senang sekaligus sedih. Senang karena tiga tahun ikut proyek, baru kali ini aku bisa konsisten menulis sejauh ini. Sedih karena proyeknya hampir berakhir, aku harus menunggu satu tahun lagi untuk ikutan proyek ini. Pun aku tak bisa menjanjikan tahun depan aku masih bisa ikut, karena tahun depan sudah tahun keempat aku kuliah, takutnya sudah masuk waktuku koass alias magang di Rumah Sakit. Ahh :')

Bosse, tahu nggak, blogku ini kubuat demi ikut program PosCinta ini loh. Coba liat postingan pertamanya kalo nggak percaya. Hehe. Tiga tahun lalu, 2012. Sebenernya aku punya blog lain yang udah dari tahun 2009, tapi kuprotect buat aku sama orang-orang deketku aja. Trus ada satu orang temenku yang minta aku buat nulis lagi di blog. Yang dipublish. Tapi yah.. dimana-mana memulai itu sulit ya, hingga akhirnya aku kenalan sama Bosse dan tertarik ikutan nulis surat cinta. Waktu itu mah sekalian jadi media curhat kasih tak sampai juga, ahahaha *senyum malu-malu*

Lewat surat ini aku mau ngucapin terima kasih sama Bosse. Terima kasih yang banyaaaaak sekali. Aku sebutin satu-satu ya..

Makasih Bosse, atas kesempatan menulis surat cintanya. Sejak kuliah, aku hampir lupa rasanya 'menulis yang membuat senang', karena yang sering kutulis kalau nggak tugas, essay, ya laporan. Membosankan. Disini, aku bisa menulis sambil mengungkapkan beberapa perasaan yang tersimpan. Juga bisa menyalurkan hobi merangkai kata meskipun kemampuanku tak lah seberapa.

Makasih Bosse, telah mengenalkanku pada orang-orang luar biasa. Mulai dari kakak dan abang tukang pos yang ramaaah semua. Kak @ekaotto yang baik, bang @MungareMike yang sabar, kak @ikavuje yang ramah. Ketiganya luar biasa :D Trus juga mengenalkan ke peserta lain yang tulisannya bagus baguuus banget. Tiap tahun pasti adaa aja minimal satu orang temen baru yang kudapatkan dari proyek ini. Sayangnya aku nggak bisa ketemu mereka semua, termasuk kakak dan abang tukang pos, karena belum ada kesempatan buat ikut gatheringnya :' Makanya tahun depan adain di Pontianak dong Bosse... *digilas pake Agya* hahaha

Makasih Bosse, telah membantuku mengoreksi serta memperbaiki diri. Tiap tahun selalu ada pelajaran yang kuambil dari menulis. Tahun pertama aku belajar bahwa ada banyak cara merekatkan kembali keping-keping hati yang patah, melalui tulisan misalnya. Tahun kedua aku belajar menikmati bahagianya kehidupan dan mengabadikannya melalui tulisan. Tahun ini, yang kupelajari lebih banyak lagi. Aku belajar berkomitmen, belajar konsisten menulis dengan penuh (tinggal satu postingan lagi...! ). Tahun ini tulisanku yang berhasil lolos seleksi tak terlalu banyak, membuatku bercermin lagi. Mungkin aku kurang membaca (memang sih) sehingga kosakataku tak berkembang dan diksiku miskin sekali. Mungkin aku perlu lebih banyak belajar dan latihan menulis, agar meningkatkan kualitas tulisanku. Dan masih banyak mungkin-mungkin lainnya yang menjadi koreksi buatku. Yang rasanya agak mustahil kusadari jika aku tak mengikuti program ini. Tahun ini pula aku membuka mata sebab tulisan-tulisan orang lain sungguh apik dan menarik, sehingga menjadi motivasi buatku agar bisa menjadi sebaik mereka (atau mungkin lebih? Siapa tahu, hehe).

Terima kasih ya Bosse :)
Tentu masih banyak lagi terima kasih-terima kasih lainnya, tapi ah, aku sudah tak mampu berbahasa. Untuk saat ini, kurasa cukup terwakili rasa terima kasihku.

Daah Bosse, selamat bermalam minggu~ Semoga tahun depan kita bertemu!







Untuk anak perempuanku,

Surat ini kutulis sebagai pelurus beberapa yang mungkin sempat salah kau tafsirkan selama ini, sekaligus pesan tentang beberapa hal yang kurasa penting untuk kau tahu.

Penting bagimu mengetahui bahwa seorang ibu mencintai setiap anaknya dengan kadar sama besar. Seimbang. Tak ada maksud berpilah-pilih kasih, menyayangi satu lebih dari yang lain. Jika kau lihat aku memperlakukan saudaramu berbeda darimu, itu sebab seorang ibu harus adil terhadap anaknya. Kau pasti tahu kan tentang itu? Namun tahukah kau apa pengertian adil yang sebenarnya? Adil bukanlah membagi semua sama rata, melainkan memberi sesuatu menurut porsinya. Kalau kau melihatku memberi kebebasan yang lebih pada saudara lelakimu, itu bukan karena aku lebih menyayanginya, melainkan karena seorang lelaki harus dididik untuk mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sementara kau tak seperti itu, anakku. Kau wanita, yang fitrahnya lebih lembut dan lebih lemah hingga mesti ketat dijaga. Atas alasan itulah aku dan suamiku, yaitu ayahmu, memproteksimu sedemikian rupa, yang kau terjemahkan sebagai larangan dan kekangan orang tua.

Penting bagimu mengetahui bahwa tak mengapa jika kau mengejar mimpimu tinggi-tinggi. Jangan pernah terbersit di kepalamu bahwa kau terlahir tanpa tujuan dan tanpa makna. Justru tanamkan bahwa dirimu hanya intan yang butuh diasah. Lihat ke dirimu, dalam-dalam. Temukan apa yang benar kau ingin dan kau mau. Raihlah. Jatuh sesekali tak mengapa, jangan berputus asa, ibu tak suka. Ibu siap jika engkau berhenti untuk berkeluh kesah. Ibu siap menjadi tempatmu singgah.

Penting bagimu untuk tahu, ibu adalah perempuan, sama sepertimu. Kau dapat datang padaku untuk bercengkerama, bercerita, meminta saran dan segala. Kau dapat datang padaku jika butuh menangis, tanganku terbuka menerima. Pelukku masih sehangat dulu, dekapku masih sama. Bicaralah padaku tentang apapun, tak sesulit itu asal kau mau sejenak saja beranjak dari depan laptopmu, atau gadget apapun di tanganmu. Duduk di sampingku dan berceritalah tentang apapun, padaku. Aku mau mendengar, mau pula membagi kisahku.

Anak perempuanku, kesayanganku,
Darahku mengalir dalam darahmu. Adalah satu hal yang tak terhindar bahwa kau adalah paruhku. Jangan merasa aku jauh, aku selalu di belakangmu sebagai pendorong, di sampingmu sebagai pendamping, di depanmu sebagai contoh. Kau berkembang, aku ingin tahu. Aku menua, kau pun harus tahu.

Sungguh jika kau jeli, semua ini penting bagimu.


*Surat ini adalah surat ibu untukku. Tak pernah beliau menuliskannya, namun aku tahu. Sebab hatinya berbicara, pada hatiku.





penting bagimu

by on 5:40:00 PM
Untuk anak perempuanku, Surat ini kutulis sebagai pelurus beberapa yang mungkin sempat salah kau tafsirkan selama ini, sekaligus pesan ten...
Hai, sobat lamaku,

Tahun-tahun dulu, kita berteman dekat. Setidaknya sekali dua kali sehari aku memanggilmu, mengajak bercengkerama. Kamu adalah bagian dariku yang kuanggap paling familiar. Ditemani kamu, aku merasa nyaman. Aku seperti kerbau dan kau lumpurnya, berkubang di dalammu adalah pekerjaanku, dusta bila kubilang aku tak menyenanginya.

Namun perubahan adalah mutlak, hal yang pasti terjadi. Setahun yang lalu seseorang datang padaku. Tak munafik sejak saat itu, lambat laun kita jarang bertemu. Dia membuatku melupakanmu waktu demi waktu. Setitik demi setitik, Hingga kini kita bak dua asing yang enggan bertatap muka.

Wahai bagian hidupku,

Aku bukan manusia sombong yang tak sudi memandang ke arahmu. Bukan sama sekali. Aku membutuhkanmu, dan menghargaimu jengkal demi jengkal. Tapi kini aku telah paham, telah mengerti. Dia mengajari bahwa kau hanyalah bagian diriku yang cukup kumiliki, tak perlulah terus-menerus aku kau iringi.

Duhai masa lalu, istirahatlah saja di kotakmu. Tenang dan diam sajalah di kepalaku, sebagai satu memori yang berpaut pada sistem limbikku. Mungkin ada satu dua waktu dimana aku mengunjungimu, menggenggammu dan menghadap wajahmu. Memaksamu keluar dari tempatmu mendengkur dengan nyaman saat aku lama tak menegur. Terimalah aku, sebagai muridmu yang ingin belajar padamu.

Masa laluku,
Aku tak mengapa kau gurui
asal jangan kau hantui.
Ajari aku pelajaran yang baik ;)

P.s. saudaramu, si masa depan itu tak kuketahui seperti apa rupanya. Namun kata orang-orang, jika aku dapat mengambil pelajaran darimu, dia akan jadi manis sekali. Semoga begitu.






Selamat sore, kak @sneaking_jeans :D

Hai kak, masih ingat saya? Syukurlah kalau masih. Saya yang tempo dulu pernah mampir di tab mention kakak, mengutarakan kekaguman saya pada kakak, sebab saya jatuh cinta pada tulisan-tulisan kakak di #30HariMenulisSuratCinta.

Membaca tulisan kakak, saya seperti menemukan dunia lain. Dunia tumpah kata-kata dan saya mabuk di dalamnya. Sungguh senang membaca tulisan yang mengalir apa adanya, dengan diksi yang cerdas dan tak bosan dibaca.

Saya adalah seorang ekstrovert, Kak. Mungkin tak se-ekstrim kekasihmu yang begitu ekspresif (namun juga protektif, ah, betapa manis caramu memujinya, ngomong-ngomong). But yeah.. just like any other extroverts, I find silence irritates me, I express my feelings to people, a lot. I like being in a crowd, being alone kills me little by little. I find myself talk way too much, sometimes. Like I burst things before my brain done processing them. I have to be in a group, solitary is not my style. I was born as extrovert, a sanguin and I thought being that way is the best thing of me.

Kemudian pada hari itu saya mengenal kakak (melalui proyek poscinta ini tentunya), seseorang yang sungguh berkebalikan. Rasanya aneh begitu tahu kakak merasa kontak sosial kadang membuat risih, sementara menyepi tanpa komunikasi adalah hal yang setengah mati saya hindari. Betapa kadang kakak dapat 'konstipasi verbal' sementara saya sering sekali 'diare verbal'. Kakak merasa sendiri itu membuat damai, sementara kesendirian menjemukan saya. Ah, sungguh lucu. Saya merasa seperti seekor bebek yang bertemu burung elang.

Jujur saja karena mengenal kakak, saya menjadi jauh lebih paham bahwa tidaklah setiap pribadi itu sama. Saya jadi mengerti bahwa introvert adalah murni kepribadian, bukan sebuah keadaan dimana seseorang 'kurang ekstrovert' seperti yang selama ini saya kira. Sekarang rasanya masuk akal jika saya melihat beberapa teman saya yang tak senang jika tiba-tiba saya ajak bicara. Ternyata bukan karena dia membenci saya, atau dia menyebalkan (seperti tuduhan saya yang semena-mena) melainkan karena dia berbeda. Dia berbeda dari saya, sebagaimana lelaki berbeda dengan perempuan. Bukankah Tuhan menciptakan segalanya berpasang-pasang ya kak? Bagaimana bisa selama ini saya lupa?

Terima kasih, Kak. Kamu membuat saya lebih mengerti tentang orang lain. Kamu memberi saya perspektif. Jika suatu hari nanti saya menemui kakak, saya rasanya ingin memeluk kakak, eh itu kalau kakak bersedia loh ya :P

Ah, seperti biasa, keran kata-kataku mulai mampet. Sering sekali begini, dan melihat kakak dapat menulis sebegitu panjang dan bagusnya membuat saya iri. Semoga saya dapat belajar, seiring waktu. Seperti kakak belajar menoleransi keadaan yang kadang tidak menoleransi orang-orang (hebat) seperti kakak.

Oh iya, satu lagi. Terima kasih ya kak. Pacarku juga adalah kebalikanku, dia lebih diam, padahal aku adalah si banyak mulut. Aku sempat merasa kami ini tak sepantasnya bersama sebab kelewat berbeda. Namun darimu saya belajar bahwa pasangan yang baik (dan bahagia) adalah dua orang yang berbeda namun dapat saling mengerti perbedaan-perbedaan mereka. Pelajaran ini sungguh tak terkira berharganya untuk saya, terima kasih kak :)

Begini saja adanya yang dapat terungkap dari surat saya. Mungkin jika berbicara langsung bisa lebih banyak, hahaha :P Mohon maaf bila ada yang menyinggung, percayalah, tak pernah aku bermaksud begitu.

Dariku, Isma. Si ekstrovert yang lancang menyuratimu :))








Teruntuk sepupu paling keren sedunia, @fitriimoseley

Hai fit! Semoga lo nggak terlau sibuk buat baca surat ini. Gue bikin sesingkat mungkin deh, hehe.

Surat ini hanya akan berisi tentang kangen*
Iya, kangen. Kangen quality time berupa chat via ym, msn, skype, whatssap. Kangen ngobrolin ini itu, mulai dari urusan cinta-cintaan, ngomongin orang yang bikin kita sakit hati, ngomongin hal absurd yang terjadi dalam hidup kita, penting nggak penting. Our life just like those episodes of tv shows, remember? It fulls of drama, every minutes, every bites of it. Kangen nyuruh elo baca postingan di blog rahasia gue, trus nunggu komen dari elo. Kangen mantengin blog elo, nunggu postingan baru buat gue komenin. Kangen cerita-cerita horor via DM trus ketakutan sendirian. Kangen kita yang pernah ngadepin time difference tapi masih bisa nyempetin diri buat chat, catch up. Kangen ngomongin film baru yang mesti ditonton atau buku bagus yang mesti dibaca. Kangen curhat soal temen-temen di kampus. Kangen chaaat lewat msn..! Kangen nyumpahin koneksi bego. Kangen setengah jam chat yang isinya 'Satu dua ti...? Test? Halo halo? Chat gue keterima nggak?' Hahahaha. Kangen ngakak kejerr karna chat sama elo selalu bikin gue ketawa. Kangen perasaan 'asal ada elo, semuanya bakal baik-baik aja'. Kangen, fit. Gue kangen :')

I know time changes people, and we are one of those who've changed. It is simply something that we can't deny. We are different know, aren't we?
But I miss you, fit. There is no such time when I don't. You are this big part of my life, you play so many roles in it. You help me get through those stupid bad times. You help me with decisions, you help me make better ones. You are there when I'm trying to build my happiness, and I want you to always be there by my side, when I'm feeling content like this time. Because you are one of my excessive happiness, don't you ever forget that. And I want to be there too. I want to be part of your life who supports you, be happy for your happiness, and be sad for your sadness.
Maybe things cannot be back the way it is, maybe we can't spend 3-4 hours straight of chat or night talks till it's dawn like we used to. Maybe this is a phase of life when you've got busy and I'm busy. I'm living my life and you're living yours too. But remember, you can always reach me by one DM or a 'nenggg' on whatssap :P

Yuk chat lagi, dan kali ini semoga nggak ketunda atau kehalang sesuatu yaa :D
Soalnya gue kangen. Banget. Dan gue tau, elo pasti kangen juga kan? Hahaha.

Dari gue,
Your cousin, your 'sibling', your best friends :)


*kalimat ini disadur dari postingan blog elo, inget kan yang mana? Gue inget banget because your words are magical. They stick in my head. Makanya, nulis lagi dong!

tentang kangen

by on 3:57:00 PM
Teruntuk sepupu paling keren sedunia, @fitriimoseley Hai fit! Semoga lo nggak terlau sibuk buat baca surat ini. Gue bikin sesingkat mungki...
Hai fans! Hahahha

Hampir tiga tahun berteman sama kamu (ciye pake kamu), aku belajar hal-hal kecil misalnya:
1. Ketika dikasi tanggung jawab besar (semisal jadi Ketua Panitia Musyawarah Nasional, padahal waktu itu masih tingkat pertama) hal yang harus dilakukan adalah memperhebat diri, bukannya lari.
2. Pacarinlah wakil ketua organisasi kampus (kebetulan adalah senior), maka kamu akan terkenal (meskipun kemudian putus...) *digetok* *ampun meng* *ampun kak*
3. Pedekatelah tanpa kenal putus asa.
4. Kalau ditolak, bersabarlah.
5. Profesional itu harus. Aslinya kita boleh grasak grusuk, hebohan, doyan ngakak dan ngelawak, tapi di depan adek-adek mahasiswa baru dan tiap kepanitiaan, mesti stay cool.
6. Terkadang, a happiest person in a group might hide the saddest life behind his back :)
7. Mencintai jangan takut-takut. Nggak boleh jera dalam memulai kisah baru :D
8. Ya walaupun harus patah hati lagi sih. Dikhianatin pula. Tetap semangat ._.9
9. Bros are everything
10. Berteman lawan jenis itu menyenangkan, selama tau batasnya *tos dulu kita*

Dan masih banyak lagi printilan printilan kecil yang aku pelajari dari kamu sejak kita jadi teman kuliah. Semacam belajar menertawakan kesedihan dalam hidup, sehingga menghadapinya pun terasa mudah.

Makasih, meng! It helps me whenever I'm sad, hehe. Makasih juga dulu pernah nemenin fisioterapi, nganterin ke bank kemaren, nganter kesana sini kayak kang ojek. Huahahaha.
Gitu aja meng. Semoga senang ya dapet surat dari aku. Kan udah dari dulu minta disuratin :P

Dari temanmu, @ismarestii alias Sherina
Buat Kemeng, @Dwi_Boboiboy alias fans. Hahhahaha.

P.s. bagi cewek-cewek yang baca, ini temenku high quality jomblo loh. Oke punya orangnya, silahkan mention aja buat kenalan #JualTemen
Permisi, mau kabur dulu, takut dipiting sama orangnya ._.v





Untuk dua kesayanganku, @firdaniiswa dan @vini_septika

Hey, apa kabar kalian? Semoga baik-baik aja, terutama buat Vini yang di asrama, semoga sehat-sehat aja yaaa..

Sibuk banget kayaknya sekarang. Udah berapa minggu nih kita nggak ada ketemuan? Smsan juga nggak ada, padahal dulu waktu jaman SD tiap hari kita telponan. Berjam-jam pula, nanya pe-er lah, ngomongin ini itu lah, nggak jelas banget malah. Aku sampe hapal kalau Firda itu dulu seringnya nelpon aku pagi-pagi (karena kita masuknya siang), trus kalau Vini itu jam 8 malem udah tidur :')) Ah, sekarang boro-boro telponan, sms sekali seminggu aja udah syukur-syukur yak, hehe.

Tahun ini 2014, berarti tanggal 21 April nanti kita ngerayain anniversary yang ke 7. Bener nggak? Walaupun itu cuma formalitas aja sih, toh kita sebenernya udah sahabatan dari kelas 3 SD, berarti tahun ini kita udah 13 tahun sama-sama.... Wah... nggak kerasa yah, ay! Trus Juli, Agustus, September nanti kita masuk 21 taun. Iya, berderetan. Firda yang duluan tua, berarti nanti kamu siap-siap aja Fir jadi bahan ejekan aku sama Vini, hahaha. Trus Bulan Agustus aku yang nyusul, Septembernya Vini. Nah, nanti giliran aku sama Firda yang ngejek-ngejek kamu Vin, soalnya paling muda sendiri. Kalo aku mah aman, soalnya di tengah-tengah, huahahaha. Eh jangan lupa, kita mesti memperbarui SIM kita taun ini. Barengan lagi yuk, kayak waktu bikinnya dulu :D

Jadi tua itu nyebelin ya? Padahal dulu ini yang selalu kita impi-impikan. Tumbuh gede, biar bisa bebas pergi kesana-sini sampe malem. Soalnya pas banget kita bertiga satu-satunya anak cewek dari tiga bersaudara, jadi lebih susah dapet izin kemana-mana. Makanya dulu ngebet banget gitu cepat gede, biar mandiri. Biar bisa liburan bertiga aja, trus banyak duit. Nyatanya sekarang pas udah tua(an), liburan kagak sempat, duit juga ga banyak-banyak amat, malah sibuknya yang kita dapat. Hahaha :'P Tapi kita udah ada rencana sihh buat taun ini, semoga kesampaian yaa, aamiin...!

Aku kangen kalian, Pida dan Vinaiku. Kangen banget..! Bukan cuma kangen ketemu, tapi kangen ngabisin waktu sama-sama. Kangen ngumpul dari jam 10 pagi ampe jam 5 sore. Kangen main box, main monopoli. Kangen masak-masak bareng, bikin pancake, eskrim, bikin menu makan siang. Kangen jalan ke alun-alun makan jagung bakar 'extravaganza' sama minum teh susu, atau makan sosis, trus foto-foto narsis. Udah nggak pernah lagi kita kayak gitu, terakhir ketemu sekitar 2 minggu lalu aja kita cuma pergi makan chaikue sampe kenyang. Ahh kangen!

Dulu waktu jaman SMA sih enak, walaupun kita beda sekolah, kita masih rajin bikin jurnal yang dioper-oper seminggu sekali. Keren ya kita? Ide siapa dulu dong itu... :P Kalo sekarang mana bisa ya kayak gitu, mana sempat buat ngasiin buku. Jadwal kita selisih terus hehe. Apalagi Vini di asrama, lebih susah lagi. Tapi nggak papa, emang ada masanya kita bakal fokus sama kehidupan masing-masing kan? :') Kita udah sering ngobrolin ini pas jaman SMP-SMA, makanya begitu sekarang terjadi, kita siap. Mau seberapa jauh jarak kita, seberapa jarang kita ketemu, kita sama-sama tau kalau rasa sayang kita nggak sedikitpun berkurang. Eh, kalian gitu kan? Apa jangan-jangan cuma aku? Hahaha becanda, aku percaya kok sama kalian :D

Surat ini datang ke kalian supaya kalian tau bahwa aku rindu. Juga sebagai tanda bahwa aku peduli, aku memikirkan kalian walau nggak setiap waktu. Aku selalu ada buat kalian, karena kalian juga garda terdepan aku yang siap sedia tiap aku kenapa-kenapa.

Oh ya, sebenarnya aku nggak berniat nulis buat kalian hari ini. aku sudah menyiapkan hari lain. Tapi entah kenapa, hari ini aku teringat satu waktu, dimana Firda nelpon kita buat dateng ke rumahnya karena mamanya baru beli cemilan buat dimakan. Lalu aku pikir, aku ingin sekarang kita bisa sesederhana itu. Tak harus menghubungi hanya karena rindu, hanya karena pengen ketemu, atau pas ada apa-apa baru cerita. Kita bisa kan, kayak gitu? Sesederhana dulu. Sesederhana kita yang telponan cuma buat nanya peer, sesederhana kita curhat-curhatan nggak penting, sesederhana kita yang ngumpul buat main sims. Seperti kita yang biasa..

Karena aku mencintai kalian, duhai para sahabat. Maka dari itu, mari sekali lagi kita biasakan yang biasa :)

Untuk Bapak.

Hai, Pak. Kaget ya dapat surat dari aku? Syukurlah kalau kaget, berarti kejutanku berhasil, hihi. Ngomong-ngomong aneh ya pake 'aku', biasanya kan Bapak manggil aku 'dedek', jadi aku juga membahasakan diri di rumah dengan pakai 'dedek', tapi ga papalah, biar surat ini lebih enak ditulis dan agak-agak romantis, aku pakai 'aku' aja ya Pak.

Menulis surat untuk Bapak itu satu dari sekian jenis surat yang menurut aku susah ditulis. Kenapa? Karena kita berdua nggak terbiasa bicara soal perasaan kita masing-masing. Tapi bukan berarti kita nggak pernah cerita-cerita ya Pak. Kita justru sering banget ngobrol, berdua aja di ruang tamu ditemanin dua gelas kopi item sama kue jajanan pasar yang Bapak beli buat sarapan. Cuma obrolan kita ya... ngebahas hal lain. Entah teman-teman akulah, kuliahku, cerita tentang kehidupan Bapak waktu kuliah dulu.., banyak deh. Kadang Bapak cerita tentang kerjaan Bapak, dan kalau aku nggak ngerti, Bapak bikin analogi sederhana tentang tetek bengek konstruksi, bangunan apa segala itu ke dalam bahasa kedokteran. Jadi aku paham bapak ngomongin apa meskipun aku bukan jebolan fakultas teknik sipil kayak Bapak. Kayaknya udah lama ya kita nggak diskusi dan sharing lagi? Abisnya aku kuliahnya awal terus sekarang, Bapak juga tiap pagi jarang di rumah karna pergi sepedaan atau renang. Nanti ngobrol-ngobrol lagi ya Pak. Aku bikinin kopi deh, janji rasanya enak, aku kan udah sering bikin kopi item buat aku sendiri.

Pak, aku udah gede ya sekarang? Nggak kerasa. Tiba-tiba aja udah di angka 20
tahun, rasanya aku masih umur 7 taun. Aku udah gemukan sekarang, padahal kalo dulu kecil banget macam anak kurang gizi. Rasanya aku masih sekecil itu, kalo digonceng bapak naik motor aku duduk di depan. Sekarang kalo Bapak gonceng aku duduknya di belakang, pantatku kena besi joknya pula Pak. Trus aku udah punya *uhuk* pacar, yang alhamdulillah Bapak setujuin. Walaupun ngomel-ngomel juga sih kalau aku sering diapelin. Cemburu ya Pak? Hahaha, pede banget sih aku :P

Hmm.. Pak, walaupun umurku taun ini 21, aku masih tetap gadis kecilnya Bapak. Kata-kata ini klise ya, tapi emang benar. Soalnya mau sok mandiri gimanapun, aku apa-apa ngadunya ke Bapak. Inget kan waktu aku servis motor trus uangku kurang? Bapak langsung dateng anterin. Waktu aku jatoh pas lagi baksos operasi katarak (yang bantalan lututku robek itu) pun aku langsung telepon Bapak sambil nangis-nangis. Bapak langsung dateng, panik, keringat dingin. Aku sedih waktu itu karena bikin Bapak khawatir. Maaf ya Pak.... Sampe sekarang pun Bapak setia anter jemput aku kemana-mana karena aku belum bisa naik motor sendiri lagi. Mau pagi, siang, sore, malam, Bapak nggak pernah ngeluh sama aku. Makasih ya, Pak..

Bapak pernah bilang kalau udah jadi orang tua, anak itu nomer satu. Bapak juga pernah pesen ke aku, kita nggak boleh ngeluh nanti kalau anak kita minta macem-macem atau banyak nuntut karena anak nggak pernah minta dilahirin. Orangtua yang ngebawa anak-anaknya lahir ke dunia, jadi orangtua harus tanggung jawab bagi kebahagiaan anaknya. Makanya Bapak nggak pernah marah kalau aku mulai cerewet nuntut ini itu. Bapak cuma bilang sabar, dan berusaha menuhin satu-satu. Kadang ngasi aku pengertian bahwa nggak semua keinginan aku harus dipenuhin.

Terima kasih banyak ya, Pak. Ah, cuma ucapan nggak cukup memang. Nggak ada yang cukup buat ngungkapin seberapa besar rasa terima kasih aku buat Bapak, begitupun rasa syukur aku ke Allah udah nyiapin laki-laki kayak Bapak buat jadi ayahku. Mungkin kalau Bapak itu orang lain, udah nggak tahan kali ya ngadepin aku, hehehe.

Bapak bukan pahlawanku, jujur, sama sekali bukan.
Tapi Bapak itu ayahku.... yang luar biasa hebat.., menurutku.

Aku sayang Bapak :)






bukan pahlawan

by on 5:48:00 PM
Untuk Bapak. Hai, Pak. Kaget ya dapat surat dari aku? Syukurlah kalau kaget, berarti kejutanku berhasil, hihi. Ngomong-ngomong aneh ya pak...
Hey kakak tukang poskuu...! Kak @ikavuje <3
Apa kabar? Semoga hore selalu \o/
Ini surat pertama dariku untuk kakak, dibaca ya kak..

Kak, hari ini aku mumet sekali. Pikiran jenuh rasanya.
Aku bosan dengan rutinitas. Bosan keseharian.
Kakak bagaimana? Begitu juga kah?

Yang aku lihat di timeline sih kakak selalu semangat.
Untung aku follow kakak, aku jadi ikut ceria deh :D
Karena itu, mari bertemu biar aku jadi senang.

Naik mobil kece keluaran daihatsu yang terbaru :D
Ayo kak, jangan mikir lama-lama.
Ingin kemana saja, hayuk. Kita berkeliling, yang penting kencaan.
Kebetulan kaki kakak lagi sakit kan? Naik Agya kaki tetap nyaman.

Ah, kelamaan kalau menunggu kakak membalas. Aku jemput deh.
Ganti baju, pake sepatu, jangan lupa bawa album the vuje :D
Yuk cepetan, aku sudah parkir di depan rumah kakak ya!
Aku tak suka menunggu lama-lama, kakak ingat kan ;)


Nb: baca huruf pertama tiap baris ya kak, ada pesan rahasianya :P


bim... biiimmmm...!

by on 4:55:00 PM
Hey kakak tukang poskuu...! Kak @ikavuje <3 Apa kabar? Semoga hore selalu \o/ Ini surat pertama dariku untuk kakak, dibaca ya kak.. K...
Selamat petang, Tuhan.

Singkat saja,
Terima kasih telah menghadirkan cinta yang berlimpah-limpah. Darimanapun, oleh siapapun. Entah yang sampai kini masih ada, atau yang telah habis masanya hingga tak lagi kuterima.

Terima kasih Engkau menghadiahkanku rasa. Sehingga aku dapat menangis, bersedih, menyesal dan berputus asa. Namun dapat pula aku tertawa, terharu, termotivasi, bahagia sampai sesak di dada. Terima kasih engkau memberikanku kuasa untuk merasai itu semua.

Terima kasih untuk masa lalu yang kau berikan sebagai pelajaran. Meskipun kadang sulit sekali, ya Tuhan untuk mengambil hikmah dari itu semua. Tapi lihat, aku kuat dan aku bertahan berkat bantuanMu. Terus bantu aku berjalan menghadapi segala yang di depan. Engkau lebih tau, maka bantulah aku menghadapi ketaktauanku dengan terus berserah padaMu.

Aku terkadang lupa bersyukur. Lalai. Namun aku berusaha berjalan ke arahMu dalam doa-doaku. Berlarilah padaku dalam jelma iman. Beri aku rahmat, beri aku ampunan.

singkat saja

by on 5:53:00 PM
Selamat petang, Tuhan. Singkat saja, Terima kasih telah menghadirkan cinta yang berlimpah-limpah. Darimanapun, oleh siapapun. Entah ya...
Dear, kaki kiri.

November tahun lalu merupakan bulan yang bersejarah bagiku. Bulan itu, saat kita berdua tegap berdiri menopang si badan, tiba-tiba aku mengalami cedera. Aku tumbang. Ternyata saat lututku ditabrak lutut pemain lain ketika futsal dulu, bantalan sendi lututku robek. Lututku jadi tak punya penahan, membuatku tak bisa ditekuk tak bisa pula dipakai menumpu terlalu berat. Nyerinya setengah mati sebab ada darah yang masuk menyelip ke cairan sendi, membuatku bengkak. Ah, tak perlu kuceritakan ulang, kamu sudah tahu kan? Toh kamu ada di sebelahku, menyaksikanku ditusuk untuk disedot darahnya.

Sejak kejadian itu, aku disuruh istirahat. Aku hampir lupa fungsiku sebagai kaki. Menekuk tak boleh, berdiri lama tak boleh, naik tangga tak boleh, berjongkok pun tak boleh. Akibatnya kamu yang jadi 'tumbal'. Kamu yang harus jadi tumpuan. Setiap naik tangga, kamu yang harus naik duluan, aku tinggal menyusul saja. Begitu terus sampai tangga terakhir. Ah, pasti kau lelah ya? Begitupun kalau berjongkok, terpaksa kau jadi titik tumpu semua beban, aku enak-enak saja selonjoran, kamu yang pegel sendirian. Maaf ya :')

Sampai sekarang, bulan Februari ini pun, aku masih suka nyeri-nyeri sendiri. Kudengar kamu mulai sakit-sakit juga ya? Hah, yang kuat ya :') Aku juga menguatkan diri, supaya cepat sembuh, cepat nemenin kamu lagi berdiri. Ya.. walaupun kita berdua nggak bisa lari-larian lagi main futsal, hehehe. Ah, sedih ya :') Padahal itu aktivitas favorit kita berdua. Tapi tak apa, kita masih bisa cari kegiatan lain yang tak kalah menyenangkan, entah berjalan-jalan atau bersepeda.

Hmm, kurasa cukup sampai disini ya. Sekali terima kasih ya, ribuan kali terima kasih. Maaf telah merepotkan berbulan-bulan. Semangat untuk kita...!


Salam berbahagia,


Kutulis surat ini untukmu sebab bagiku, kata-kata mampu lebih banyak bicara dalam bentuk tulisan daripada diucapkan. Berbicara padamu adalah satu dari sekian banyak hal yang tak mampu kulakukan -saat ini- sebab mungkin di waktu engkau membacanya, aku tengah mengurung diri dalam kamar, menangis atau sekedar menenggelamkan diri dalam sedih yang kubuat sendiri.


Ini bukan surat cinta, kau harus mengerti itu. Surat cinta mengandung kata 'cinta' di dalamnya, sementara aku telah membuang jauh-jauh cinta ketika menuliskan ini. Bertahun kujadikan cintaku seperti barang tak berharga yang kuberikan padamu cuma-cuma, namun entah cintaku yang terlalu kecil ataukah hatimu yang terlalu sempit sehingga tak sedikitpun perasaanku ini menyentuh hatimu.
Lelah cintaku menunggu dan mengetuk pintu, kau biarkan saja duduk di depan rumah, kehausan dan kelaparan. Kau isi hatimu dengan yang lain, kau biarkan cintaku merana seorang diri, sampai pada waktunya, yaitu kini, ia memutuskan untuk pergi.


Memendam cinta sedemikian lama tak pernah jadi pekerjaan yang menyenangkan, tahu?


Aku sadar bukan segenapnya salahmu perkara tak membalas sedikitpun perasaanku. Aku sadar pula bukan salahmulah aku menjatuhkan cintaku kepadamu. Namun tak bisa kusalahkan pula diriku sendiri sebab aku yang menanggung perasaan ini. Mencintaimu itu menghidupkanku. Saraf-saraf sensorik-motorikku bangkit berdiri, otakku menulis ratusan puisi. Tak usah kau tanyakan betapa aku bisa melakukan banyak hal yang kukira tak kuasa kulakukan, atas nama cinta. Namun sayangku (yang tak menyayangiku), mencintaimu pun mematikan. Membunuh segala harapan, menikam segala angan, ketika aku sampai pada titik menyadari, tak mungkin kau kumiliki.


Atas itulah kulayangkan surat ini. Bukan maksud melimpahkan segala-gala rasa ini padamu, namun sebagai caraku memberitahu bahwa telah sekian lama, hatiku tersimpan untukmu saja.
Namun sebagaimana yang telah kau isyaratkan dari perkataanmu, dari caramu memperlakukanku, dari pilihan hatimu yang tak suah memilihku, aku paham sepaham-pahamnya, bahwa rasa ini hanyalah sepihak.


Maka biarkan aku meminta perasaanku lagi 'tuk kusimpan sendiri. Sampai hilang ditelan tahun, windu, dasawarsa, atau jika tetap ada pun ya biarlah kutelan untukku saja. Aku hanya ingin kau tahu dari diriku langsung, bahwa aku memang mencintaimu.


Berbahagialah bersamanya, jika yang kalian rasakan itu cinta. Aku tak mengapa, bukankah tak ada ketentuan mencintai itu bersambung dengan memiliki? Kalian salah dua yang beruntung, keberuntunganku mungkin lain kali, maka tenanglah, aku akan baik-baik saja entah esok atau lusa atau nanti.


Aku hanya tak mampu menyakiti diri sendiri lebih jauh. Cukup sampai disini.


Selamat sore, dan semoga cinta selalu menyertaimu meski tak ada lagi cinta dalam surat ini.


Dari aku, yang menyayangimu diam-diam
lalu memutuskan untuk tak hanya diam.
Salam sayang selalu,


Saya tidak menuliskan ini untuk menghakimi, mengadili, menuduh, atau apapunlah yang artinya mirip dengan kata-kata itu, meskipun jika nanti surat ini terdengar seperti menghakimi, mengadili, atau menuduh kamu.


Saya kecewa dengan kamu. Sungguh kecewa.


Belasan tahun lalu saya mengenali kamu sebagai seseorang yang penuh motivasi, berambisi (yang sehat), berkeinginan kuat untuk dapat terus-menerus menjadi kamu yang lebih baik. Namun sekarang, yang saya lihat kamu selalu merasa cukup (dalam pengartian yang salah, tentunya). Kamu merasa kamu sudah cukup baik, sudah cukup benar, sehingga kamu berhenti memperbaiki diri kamu. Saya beritahu, itu salah.


Belasan tahun yang lalu, saya mengenalimu sebagai seseorang yang tahu betul apa yang kamu mau. Kamu senang membaca. Kamu membaca di mana saja, kapan saja, sampai-sampai orang-orang di sekitarmu heran melihatmu yang tak pernah lepas dari buku. Selain itu, kamu senang menulis. Entah puisi, cerita pendek, prosa-prosa sederhana, atau sesederhana menulisi buku harian sebanyak minimal satu halaman setiap hari. Sekarang apa? Passionmu entah apa, entah pergi kemana. Bukankah itu memalukan untukmu?


Kamu selalu menyalahkan keadaan atas ketidak-sediaan kamu. Kamu menyalahkan waktu yang menurutmu terlalu sempit, sehingga membaca satu bab buku pun kau bilang sulit. Kamu menyalahkan kesibukan yang menurut saya, kamu buat-buat sendiri. Sehingga menurutmu menulis itu sangat mengganggu irama aktivitasmu yang (katamu) padat. Kamu menyalahkan tugas-tugasmu, kamu menyalahkan finansialmu atas ketak-bisaanmu mengantongi buku baru. Padahal yang saya lihat, kamu enteng-enteng saja keluar puluhan ribu hanya untuk mengisi perutmu. Saya beri tahu, otakmu itu kelaparan..! Butuh bacaan, butuh hiburan, butuh jendela dengan pemandangan baru, bukan yang itu-itu melulu. Tidak tahukan kamu bahwa jiwamu bosan, hilang warna hidupmu hanya karena kamu berhenti melakukan hal yang baik dengan alasan yang tak tentu.


Membacalah lagi. Yang banyak. Semakin banyak. Kamu belasan tahun lalu saja mungkin tertawa mengejek atau malu melihatmu. Menulislah lagi. Isi kepalamu terlalu berharga untuk kau telan sendiri. Tidakkah kau rindu ketika otakmu penuh isi lalu idemu bergelimpang-limpang dan kau dengan girang menangkapnya satu-satu dengan penamu?
Saya tidak ingin dengar alasan apapun. Capek, malas, banyak kegiatan, banyak tugas, skripsi belum selesai, belajar ujian, ah... yang kulihat kau terlalu banyak bermain atau menonton yang tak jelas. Bukan keadaan yang mengendalikan kamu, tapi kamu yang mengendalikan keadaan. Kamu harus ingat itu.


Baiklah, cukup disini. Saya camkan sekali lagi, dirimu yang dulu itu sedang tertidur, ia setengah mati minta dibangunkan.


Dari saya
untuk kamu, diri saya sendiri. Di masa kini.

peringatan!

by on 5:17:00 PM
Salam sayang selalu, Saya tidak menuliskan ini untuk menghakimi, mengadili, menuduh, atau apapunlah yang artinya mirip dengan kata-kata it...

Dear, orang asing
Kamu mungkin tidak tahu siapa saya, saya lebih tidak tau lagi siapa kamu. Yang jelas kita (kita ini maksudnya kamu dan teman-teman saya) pernah bertemu tahun 2012 lalu di Pantai Pasir Panjang Singkawang. Masih ingat nggak? Harusnya masih, kecuali kamu mendadak demensia.Saya flahsback kembali, nyaris dua tahun lalu saya dan teman-teman pergi liburan ke pantai, lalu tiba-tiba nemu bangkai penyu maka hebohlah kami semua. Tampaknya kamu juga ikutan heboh. Buktinya di foto ini, lha kok jadi ada kamu ikutan nampang di belakang. Kenal nggak, ngomong sama kami pun nggak, tau-tau ada fotonya aja di sini, hahaha. Kepengen banget kali ya foto bareng bangkai penyu? Sama dong kita.Ngomong-ngomong, ini saya nulis surat nadanya santai aja loh ya, gak marah-marah, jangan sampe salah kira. Jadi intinya, melalui surat ini (di kesempatan yang diberikan sama bosse pos cinta) saya pengen nyampein kalo foto kamu sekarang udah nyebar kemana-mana. Kalo kamu pengen minta foto kamu + orang-orang asing (alias kami) yang lagi megang penyu ini, tak mention saya aja ya, @ismarestii. Nanti saya kasi yang sizenya bagus, biar gak pecah kalo-kalo situ mau crop mukanya aja. Hehehe.Udah, gitu aja. Salam kenal, wahai orang asing.
Semoga kamu suatu saat membaca :P



halo, orang asing!

by on 4:18:00 PM
Dear, orang asing Kamu mungkin tidak tahu siapa saya, saya lebih tidak tau lagi siapa kamu. Yang jelas kita (kita ini maksudnya kamu da...
Untuk hujan,
Cepatlah datang kemari, aku rindu. Tak ada kau di sini, sepi.
Jangan merajuk meski engkau acapkali dimaki jika turun berhari-hari.
"Sulit beraktivitas. Macet. Banjir. Tak bisa pergi-pergi." kata mereka, namun ketika kau tak ada, dicari juga.
Turunlah, ke sini.
Segera, jangan tunggu nanti-nanti. Sebab semak-semak kembang dan pohon amat haus. Sedangkan aku mulai tandus.
Tertanda,
Tanah kering borneo.
untuk karissa
di meja depan bu guru

hai karissa, ini surat dari agung. aku duduknya di meja belakang, di pojok. coba liat paling belakang ada aku yang gendut tinggi.
kemarin aku baca bukunya kak tia terus ada surat suratan. kata kak tia kita nulis surat kalau susah ngomong langsung. jadi aku nulis surat ini buat karissa. kak tia itu kakakku lho. dia udah smp sekarang.
karissa enak nggak duduk di bangku depan? kata kak tia aku disuruh duduk depan supaya ngerti penjelasan bu guru. tapi aku kan tinggi, nanti teman teman susah liat papan tulis. trus nanti aku nggak bisa main tak tik bum wer sama aji kalau duduk di depan. bu guru marah kalau ribut. di belakang enak loh, aku bisa liat semuanya. liat karissa juga.
karissa cita citanya jadi apa? kalau aku pengen jago main sepakbola kayak ozil. kata bang yanuar kalau pemain sepakbola istrinya cantik. karissa mau nggak punya pacar pemain sepakbola? oh iya, bang yanuar itu abangnya aku sama kak tia. sekarang dia udah sma, pergi sekolah pakai motor sendiri. aku nanti mau pake motor sendiri juga, karissa mau nggak aku jemput nanti?
hmm karisa suka baca nggak? aku punya majalah bobo loh. biasanya ayah sama ibu beliin. aku punya banyaaaak sekali bobo di rumah. ceritanya bagus semuanya. tapi ada yang aku nggak ngerti juga sih. kalau mau baca nanti aku bawain. nanti baca sama sama ya. ceritanya lucu lucu. kadang kadang sedih. ada cerita binatang juga. aku suka harimau soalnya keren.
nanti istirahat karissa mau makan bekal sama anya ya? aku istirahat mau main bola tapi aku bawa coklat buat karissa. kemaren ayah sama ibu kasi buat bang yanuar satu, kasi kak tia satu, kasi aku satu. aku mau kasi buat karissa soalnya aji bilang karissa suka coklat.
udah dulu ya karissa. aku mau belajar pecahan supaya nanti ulangan dapat seratus.
dadah karissa. dibalas ya..

dari agung angkasa. kata ibu namanya artinya langit besar. arti nama karissa apa?

surat untuk karissa

by on 5:28:00 PM
untuk karissa di meja depan bu guru hai karissa, ini surat dari agung. aku duduknya di meja belakang, di pojok. coba liat paling belakang a...
SURAT PERMOHONAN PENGEMBALIAN PERASAAN


Pontianak, 5 Februari 2014

No: 333/LO-GUE/END/FEB/14


Perihal: Permohonan Pengembalian Perasaan

Kepada, Yang terlupakan, Mantan

Kantor Masa Lalu


Salam (Tak Lagi) Sayang,
Semoga Anda dan Kekasih Baru Anda (tidak) selalu dalam keadaan yang baik-baik saja.
Dengan datangnya surat ini saya selaku mantan kekasih menyampaikan permohonan pengembalian perasaan saya yang pernah saya titipkan dahulu kala. Adapun rincian perasaan tersebut ialah sebagai berikut:
1. Nama perasaan   : Kasih dan Sayang
2. Kode perasaan    : c1nt4
3. Jumlah                : Tak terhingga
4. Rincian               : Cinta 25%, Benci 25%, Rindu 35%, Ingin-balikan-tapi-ah-sudahlah 15%
5. Total perasaan    : 100%
Mohon agar dapat dibantu proses pengembalian perasaan di atas, mengingat tidak ada lagi ruang yang cukup lapang di hati saudara atas perasaan-perasaan tersebut. Atas perhatian (yang sudah tiada) dan kerjasama (yang gagal) saya ucapkan terima kasih.


Salam Kangen Selalu,
Salam Hormat,



Mantan Kekasihmu

surat permohonan

by on 3:43:00 PM
SURAT PERMOHONAN PENGEMBALIAN PERASAAN Pontianak, 5 Februari 2014 No: 333/LO-GUE/END/FEB/14 Perihal: Permohonan Pengembalia...
Hello my twitter crush, @dennyed

Remember me? I bet you don't, haha.
You might not remember, February 14th 2012 was the day when I followed your twitter account. It took me a year to stalk you thoroughly before decided to follow you. Started from that day, me myself declared you as my twitter crush, like it or not. Then it took me another year to secretly wrote a letter for you. Remember this letter?




Yeah, it was me using a pseudo twitter account.
Seems like it took me another year to write this (real) letter to you. Three years went by like a blink of an eye. And.. I write a letter to finally realize now I feel like a fool because when finally I have the courage to write things to you, I don't have any word to say. I feel like a little girl who has crush to her classmate that her heart jingles when she sees him. But when she's got a chance to say something to him, she freezes. Her mind is busy processing (probably) 139.292.240 words in her head but not even a word coming from her mouth. That's how I feel right now.
So, hello again..! (eh?)
I don't know how long it would take to greet you or meet you directly, but I guess passing by once in a while in your timeline is the only thing I need. Because you are my twitter crush, and if I happened to see you eye by eye, I'm afraid it would be real :P
So see ya! (in your mention tab)
Ah, one thing.
Think you need to update your bio
"Remember the tweet (and avatar) that made you follow me before you decide to click the unfollow button."
Lol, just kidding.
Hehe, bye! 
Kepada: Tukang bangunan
di belakang rumah

Dear bapak tukang di belakang rumah..
Bukan, ini bukan surat cinta. Jangan geer dulu ya Pak.
Bersamaan dengan datangnya surat ini, saya hendak mengabarkan bahwa pekerjaan bapak sungguh ribut luar biasa. Bikin saya sakit kepala. Suara mesin -entah apa namanya itu- menghantam-hantam kayu yang menancap ke tanah. Saking kesalnya, ingin saya lempar saja pakai panci di rumah, tapi nanti justru saya yang balik dimarah ibunda. Tak kenal henti, pagi siang sore, sampai malam bapak tak bertukang lagi, suaranya masih menggema-gema. Membuat saya sulit tidur, sukar memejamkan mata.
Ah, surat ini salah alamat. Harusnya kumarahkan sales AC, dagangannya buruk, AC nya terlalu dingin sampai aku tak bisa terlelap.


Kepada: Sales AC
di tokonya

Hei abang sales AC, surat ini adalah surat ketidakpuasan saya akan produkmu. Coba kau periksa, pasti ada yang salah dengan AC yang kau jual. Dimatikan membuat panas, dihidupkan membuat menggigil. Aku ogah merasa dingin, enggan pula merasa gerah. Tahu tidak betapa sulitnya menghabiskan malam sejuk beku, sampai tidur pun tak bisa? Tak kupakai AC mu itu, sudah kuganti kipas angin. Tapi sial, aku masih tak bisa tertidur.
Ah, surat ini salah alamat. Bukan daganganmu yang salah bang. Tapi binatang malam itulah yang sungguh mengganggu.


Kepada: Jangkrik, dkk
di mana-mana

Saya tahu kalian tidak bisa baca, tapi tolong ya, jangan berisik. Memangnya susah ya diam barang sehari dua hari? Lagipula kalian aneh sekali, 12 jam hari terang benderang kalian senyap sepi. Sementara saat hari gelap gulita, saat orang ingin tidur, kalian lantas sibuk orkestra. Bagaimana sih? Apa harus kusumpal satu-satu kalian dengan kaus kaki? Saya sulit tidur!
Ah, surat ini salah alamat. Berapa malam sudah tak istirahat, sampai-sampai berencana menulis surat pada serangga? Sungguh saya hampir hilang akal. Sudah ya, silahkan ribut hai jangkrik dan segala rupa, nanti kalian diam lalu tak kawin, aku pula yang bersalah.


Kepada: Kamu
Si sialan yang masih betah main-main di kepala

Kamu tahu, saya hari ini jadi si bodoh yang hendak menulis surat salah alamat pada dua manusia-satu jangkrik tak bersalah? Seharusnya sedari awal saya menulis surat ini buatmu. Karena sebabmulah saya jadi sulit tidur. Tiga hari dua malam dihabiskan dengan menangis, sisa malam dihabiskan untuk mengenang. Sementara kamu pulas tidur, puas makan tanpa bimbang. Saya di sini menyesalkan kisah kita yang kandas, sedang kamu justru dapat tertawa lepas. Seharusnya kamu yang meratap, kamu yang sulit terpejam. Padahal semua salahmu kan? Salahmu kita bertemu, salahmu kita bersama, salahmu pula kita berpisah. Salahmu hingga malam ini aku menghujat semuanya.

Ah, sudahlah. Bukan salah sesiapa. Memang bukankah manusia senang begitu kan? Melakukan hal bodoh bermain hati, lalu menyesal setengah mati. Menyalahkan semua kecuali diri sendiri, sebab hendak menyalahkan siapa lagi?

surat salah alamat

by on 5:41:00 PM
Kepada: Tukang bangunan di belakang rumah Dear bapak tukang di belakang rumah.. Bukan, ini bukan surat cinta. Jangan geer dulu ya Pak. ...
Kepada, yang kukasihi
Cinta

Jangan jatuh.
Kami masih tak siap, tunggulah sebentar dulu.


Mata masih kempis kantung airnya, terlalu banyak tumpah waktu lalu. Bulir-bulir air yang baris-membaris bak ujan gerimis. Hingga pipi lelah menangkap, dan membiarkan mereka turun saja. Kelopak mata mesti sering berkedip dan pelupuk mata menjadi lebih panas, terlalu sering menangis terlalu sering pula menatap layar telepon genggam. Melelahkan, kau tau?


Tangan sudah sengal terlalu sering mendekap semu. Iya, sebab tak ada yang nyata yang dapat digenggam kecuali bayang-bayang yang dilamunkan tak menentu. Serasa ingin meninju namun ingin pula memeluk. Apa daya, tinggal jemari yang gigih mengetik pesan singkat, tak suah pula berbalas. Menunggu sia-sia itu menyebalkan, kau tau?


Hai, cinta. Jangan jatuh.
Jantung malas mendebar-debar terlalu keras, dag-dig-dug tak tentu. Perut belum siap diserbu kupu-
kupu. Pipi sudah jemu merona merah bersemu. Hidung bosan membau rindu.


Aku apalagi, letih sudah dibodohi. Berkali-kali. Tahukah kau cinta, setiap kali kau jatuh, mata melapor, tangan melapor, jantung melapor, perut melapor, pipi hidung melapor. Darah pun tak mau kalah, lomba-lomba naik padaku untuk -sekali lagi-melapor. Lalu hormon-hormon pun berguling-guling turun menuju mata, tangan, jantung, perut, pipi segala rupa untuk akhirnya melihat kau di dalam dera. Jatuh lalu melambung lalu dibanting berderai-derai. Jangan jatuh, kali ini diamlah. Tubuhmu masih rapuh, retakmu belum sembuh.


Duhai cinta,
Menurutku, kamu adalah penerjun yang sungguh payah. Terjun tanpa pernah membawa parasut.
Karena itu, sabar-sabarlah dulu. Jangan jatuh.

Penuh kasih, dari sahabatmu
Otak

kepada, cinta

by on 5:23:00 PM
Kepada, yang kukasihi Cinta Jangan jatuh. Kami masih tak siap, tunggulah sebentar dulu. Mata masih kempis kantung airnya, terlalu banyak ...