lelaki itu
lelaki itu mengacaukan fungsi hipotalamusku; membuat aku terjaga dari malam hingga pagi buta. membuat aku abai akan serotonin yang memerintahku untuk tidur.
lelaki itu serakah akan tawa; ia akan tergelitik hanya dengan sedikit candaku, entah bagaimana impuls - impuls tawanya berlompatan begitu cepat.
lelaki itu ialah lelaki yang membuat persarafanku mencapai thresholdnya. membuat hatiku bernyanyian memainkan kidung - kidung gempita tiap kali ia menyapa.
lelaki itu jelmaan neoplasma; ia memula memberi rasa hangat di dada, berkarsinogenesis dan bermetastasis ke seluruh tubuh, ia lumpuhkan aku dermatom demi dermatom dengan cinta.
lelaki itu membuat sistem limbikku bekerja dua kali lipat lebih keras; semata - mata agar jejak memori yang kami cipta terekam di korteks dengan jelas.
lelaki itu datang dalam hidupku dan beri percikan alba, buat aku mengerti bahwa hidupku tidaklah kesemuanya grisea.
lelaki itu tidak pernah alpa mengunjung kediaman Tuannya kala subuh hingga isya; yang otomatis mendatangi sumber suara jika undangan digema.
lelaki itu adalah lelaki yang terlampau hebat, bukan atas kesempurnaannya. jauh sederhana dari itu, ia adalah lelaki yang membuat aku merasa aku berlomba - lomba untuk menjadi diriku yang paling baik, meskipun aku bukanlah wanita dengan cerebral paling baik. paling cemerlang.
ahh, lelaki itu jelmaan glukosa; dan aku hipoglikemi. tak henti - henti menginginkannya.
lelaki itu siapa?
entah sesiapa.
tapi bukankah setiap orang berhak memimpikan lelaki pujaannya?
maka lelaki itulah, yang bagiku adalah jawabannya.
lelaki itu serakah akan tawa; ia akan tergelitik hanya dengan sedikit candaku, entah bagaimana impuls - impuls tawanya berlompatan begitu cepat.
lelaki itu ialah lelaki yang membuat persarafanku mencapai thresholdnya. membuat hatiku bernyanyian memainkan kidung - kidung gempita tiap kali ia menyapa.
lelaki itu jelmaan neoplasma; ia memula memberi rasa hangat di dada, berkarsinogenesis dan bermetastasis ke seluruh tubuh, ia lumpuhkan aku dermatom demi dermatom dengan cinta.
lelaki itu membuat sistem limbikku bekerja dua kali lipat lebih keras; semata - mata agar jejak memori yang kami cipta terekam di korteks dengan jelas.
lelaki itu datang dalam hidupku dan beri percikan alba, buat aku mengerti bahwa hidupku tidaklah kesemuanya grisea.
lelaki itu tidak pernah alpa mengunjung kediaman Tuannya kala subuh hingga isya; yang otomatis mendatangi sumber suara jika undangan digema.
lelaki itu adalah lelaki yang terlampau hebat, bukan atas kesempurnaannya. jauh sederhana dari itu, ia adalah lelaki yang membuat aku merasa aku berlomba - lomba untuk menjadi diriku yang paling baik, meskipun aku bukanlah wanita dengan cerebral paling baik. paling cemerlang.
ahh, lelaki itu jelmaan glukosa; dan aku hipoglikemi. tak henti - henti menginginkannya.
lelaki itu siapa?
entah sesiapa.
tapi bukankah setiap orang berhak memimpikan lelaki pujaannya?
maka lelaki itulah, yang bagiku adalah jawabannya.
No comments:
Post a Comment
hey, you should leave a trace :D