surat salah alamat

Kepada: Tukang bangunan
di belakang rumah

Dear bapak tukang di belakang rumah..
Bukan, ini bukan surat cinta. Jangan geer dulu ya Pak.
Bersamaan dengan datangnya surat ini, saya hendak mengabarkan bahwa pekerjaan bapak sungguh ribut luar biasa. Bikin saya sakit kepala. Suara mesin -entah apa namanya itu- menghantam-hantam kayu yang menancap ke tanah. Saking kesalnya, ingin saya lempar saja pakai panci di rumah, tapi nanti justru saya yang balik dimarah ibunda. Tak kenal henti, pagi siang sore, sampai malam bapak tak bertukang lagi, suaranya masih menggema-gema. Membuat saya sulit tidur, sukar memejamkan mata.
Ah, surat ini salah alamat. Harusnya kumarahkan sales AC, dagangannya buruk, AC nya terlalu dingin sampai aku tak bisa terlelap.


Kepada: Sales AC
di tokonya

Hei abang sales AC, surat ini adalah surat ketidakpuasan saya akan produkmu. Coba kau periksa, pasti ada yang salah dengan AC yang kau jual. Dimatikan membuat panas, dihidupkan membuat menggigil. Aku ogah merasa dingin, enggan pula merasa gerah. Tahu tidak betapa sulitnya menghabiskan malam sejuk beku, sampai tidur pun tak bisa? Tak kupakai AC mu itu, sudah kuganti kipas angin. Tapi sial, aku masih tak bisa tertidur.
Ah, surat ini salah alamat. Bukan daganganmu yang salah bang. Tapi binatang malam itulah yang sungguh mengganggu.


Kepada: Jangkrik, dkk
di mana-mana

Saya tahu kalian tidak bisa baca, tapi tolong ya, jangan berisik. Memangnya susah ya diam barang sehari dua hari? Lagipula kalian aneh sekali, 12 jam hari terang benderang kalian senyap sepi. Sementara saat hari gelap gulita, saat orang ingin tidur, kalian lantas sibuk orkestra. Bagaimana sih? Apa harus kusumpal satu-satu kalian dengan kaus kaki? Saya sulit tidur!
Ah, surat ini salah alamat. Berapa malam sudah tak istirahat, sampai-sampai berencana menulis surat pada serangga? Sungguh saya hampir hilang akal. Sudah ya, silahkan ribut hai jangkrik dan segala rupa, nanti kalian diam lalu tak kawin, aku pula yang bersalah.


Kepada: Kamu
Si sialan yang masih betah main-main di kepala

Kamu tahu, saya hari ini jadi si bodoh yang hendak menulis surat salah alamat pada dua manusia-satu jangkrik tak bersalah? Seharusnya sedari awal saya menulis surat ini buatmu. Karena sebabmulah saya jadi sulit tidur. Tiga hari dua malam dihabiskan dengan menangis, sisa malam dihabiskan untuk mengenang. Sementara kamu pulas tidur, puas makan tanpa bimbang. Saya di sini menyesalkan kisah kita yang kandas, sedang kamu justru dapat tertawa lepas. Seharusnya kamu yang meratap, kamu yang sulit terpejam. Padahal semua salahmu kan? Salahmu kita bertemu, salahmu kita bersama, salahmu pula kita berpisah. Salahmu hingga malam ini aku menghujat semuanya.

Ah, sudahlah. Bukan salah sesiapa. Memang bukankah manusia senang begitu kan? Melakukan hal bodoh bermain hati, lalu menyesal setengah mati. Menyalahkan semua kecuali diri sendiri, sebab hendak menyalahkan siapa lagi?

2 comments:

hey, you should leave a trace :D