Untuk anak perempuanku,
Surat ini kutulis sebagai pelurus beberapa yang mungkin sempat salah kau tafsirkan selama ini, sekaligus pesan tentang beberapa hal yang kurasa penting untuk kau tahu.
Penting bagimu mengetahui bahwa seorang ibu mencintai setiap anaknya dengan kadar sama besar. Seimbang. Tak ada maksud berpilah-pilih kasih, menyayangi satu lebih dari yang lain. Jika kau lihat aku memperlakukan saudaramu berbeda darimu, itu sebab seorang ibu harus adil terhadap anaknya. Kau pasti tahu kan tentang itu? Namun tahukah kau apa pengertian adil yang sebenarnya? Adil bukanlah membagi semua sama rata, melainkan memberi sesuatu menurut porsinya. Kalau kau melihatku memberi kebebasan yang lebih pada saudara lelakimu, itu bukan karena aku lebih menyayanginya, melainkan karena seorang lelaki harus dididik untuk mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sementara kau tak seperti itu, anakku. Kau wanita, yang fitrahnya lebih lembut dan lebih lemah hingga mesti ketat dijaga. Atas alasan itulah aku dan suamiku, yaitu ayahmu, memproteksimu sedemikian rupa, yang kau terjemahkan sebagai larangan dan kekangan orang tua.
Penting bagimu mengetahui bahwa tak mengapa jika kau mengejar mimpimu tinggi-tinggi. Jangan pernah terbersit di kepalamu bahwa kau terlahir tanpa tujuan dan tanpa makna. Justru tanamkan bahwa dirimu hanya intan yang butuh diasah. Lihat ke dirimu, dalam-dalam. Temukan apa yang benar kau ingin dan kau mau. Raihlah. Jatuh sesekali tak mengapa, jangan berputus asa, ibu tak suka. Ibu siap jika engkau berhenti untuk berkeluh kesah. Ibu siap menjadi tempatmu singgah.
Penting bagimu untuk tahu, ibu adalah perempuan, sama sepertimu. Kau dapat datang padaku untuk bercengkerama, bercerita, meminta saran dan segala. Kau dapat datang padaku jika butuh menangis, tanganku terbuka menerima. Pelukku masih sehangat dulu, dekapku masih sama. Bicaralah padaku tentang apapun, tak sesulit itu asal kau mau sejenak saja beranjak dari depan laptopmu, atau gadget apapun di tanganmu. Duduk di sampingku dan berceritalah tentang apapun, padaku. Aku mau mendengar, mau pula membagi kisahku.
Anak perempuanku, kesayanganku,
Darahku mengalir dalam darahmu. Adalah satu hal yang tak terhindar bahwa kau adalah paruhku. Jangan merasa aku jauh, aku selalu di belakangmu sebagai pendorong, di sampingmu sebagai pendamping, di depanmu sebagai contoh. Kau berkembang, aku ingin tahu. Aku menua, kau pun harus tahu.
Sungguh jika kau jeli, semua ini penting bagimu.
*Surat ini adalah surat ibu untukku. Tak pernah beliau menuliskannya, namun aku tahu. Sebab hatinya berbicara, pada hatiku.
Surat ini kutulis sebagai pelurus beberapa yang mungkin sempat salah kau tafsirkan selama ini, sekaligus pesan tentang beberapa hal yang kurasa penting untuk kau tahu.
Penting bagimu mengetahui bahwa seorang ibu mencintai setiap anaknya dengan kadar sama besar. Seimbang. Tak ada maksud berpilah-pilih kasih, menyayangi satu lebih dari yang lain. Jika kau lihat aku memperlakukan saudaramu berbeda darimu, itu sebab seorang ibu harus adil terhadap anaknya. Kau pasti tahu kan tentang itu? Namun tahukah kau apa pengertian adil yang sebenarnya? Adil bukanlah membagi semua sama rata, melainkan memberi sesuatu menurut porsinya. Kalau kau melihatku memberi kebebasan yang lebih pada saudara lelakimu, itu bukan karena aku lebih menyayanginya, melainkan karena seorang lelaki harus dididik untuk mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sementara kau tak seperti itu, anakku. Kau wanita, yang fitrahnya lebih lembut dan lebih lemah hingga mesti ketat dijaga. Atas alasan itulah aku dan suamiku, yaitu ayahmu, memproteksimu sedemikian rupa, yang kau terjemahkan sebagai larangan dan kekangan orang tua.
Penting bagimu mengetahui bahwa tak mengapa jika kau mengejar mimpimu tinggi-tinggi. Jangan pernah terbersit di kepalamu bahwa kau terlahir tanpa tujuan dan tanpa makna. Justru tanamkan bahwa dirimu hanya intan yang butuh diasah. Lihat ke dirimu, dalam-dalam. Temukan apa yang benar kau ingin dan kau mau. Raihlah. Jatuh sesekali tak mengapa, jangan berputus asa, ibu tak suka. Ibu siap jika engkau berhenti untuk berkeluh kesah. Ibu siap menjadi tempatmu singgah.
Penting bagimu untuk tahu, ibu adalah perempuan, sama sepertimu. Kau dapat datang padaku untuk bercengkerama, bercerita, meminta saran dan segala. Kau dapat datang padaku jika butuh menangis, tanganku terbuka menerima. Pelukku masih sehangat dulu, dekapku masih sama. Bicaralah padaku tentang apapun, tak sesulit itu asal kau mau sejenak saja beranjak dari depan laptopmu, atau gadget apapun di tanganmu. Duduk di sampingku dan berceritalah tentang apapun, padaku. Aku mau mendengar, mau pula membagi kisahku.
Anak perempuanku, kesayanganku,
Darahku mengalir dalam darahmu. Adalah satu hal yang tak terhindar bahwa kau adalah paruhku. Jangan merasa aku jauh, aku selalu di belakangmu sebagai pendorong, di sampingmu sebagai pendamping, di depanmu sebagai contoh. Kau berkembang, aku ingin tahu. Aku menua, kau pun harus tahu.
Sungguh jika kau jeli, semua ini penting bagimu.
*Surat ini adalah surat ibu untukku. Tak pernah beliau menuliskannya, namun aku tahu. Sebab hatinya berbicara, pada hatiku.
penting bagimu
by
Isma Hadiatmaja
on
5:40:00 PM
Untuk anak perempuanku, Surat ini kutulis sebagai pelurus beberapa yang mungkin sempat salah kau tafsirkan selama ini, sekaligus pesan ten...