Surat untuk Masa Depan

Kepada masa depanku,


Dahulu, kamu adalah sosok yang tidak terdeskripsikan. Gelap, kelam. Tidak nampak bagaimana bentuknya, ke mana arahnya. Kamu adalah kanvas kosong yang belum ditumpahi cat - cat berwarna. Buku tulis polos yang tak sedikitpun tercoreng - moreng pensil rencana.

Aku terbiasa menikmati hari - hariku tanpa mengkhawatirkan bagaimana seharusnya wajahmu. Aku terbiasa membiarkan hari demi hari menyingkap sedikit demi sedikit jalanku ke depan, menunjukkan bagaimana sebenarnya kamu. Aku tahu, tak sepantasnya aku sebegitu abai, karena yang kulakukan pada hari ini tentunya akan berdampak pada rupa kamu nantinya. Semestinya aku harus bijak - bijak menjalani kehidupan, merencanakan matang - matang agar ketika aku pada akhirnya menemuimu, aku tak kecewa.

Namun semua berubah, hai masa depan. Dia sekonyong - konyong datang, dan dengan serta merta mengambil alih kuasaku akan kamu. Tanpa izin, terjadi begitu saja sebagaimana air turun dari sungai ke laut. Dia membuatku mau tak mau menggambari kamu, menuliskan kamu. Dia membuat aku memiliki penafsiran baru tentang kamu. Dia menghadirkan kamu, memberi nafas baru, untukku.

Karena itu, tak terlambat bukan bagiku untuk memberi tahu, jika kini kamu adalah sebuah lukisan yang bernama, sebuah buku yang berjudul dan berisi cerita. Dan di dalamnya, aku menggambari dia, menuliskan dia. Aku memproyeksikan diriku nanti akan berbahagia bersamanya.

Dear kamu, masa depanku..
Berlebihankah jika aku ingin itu menjadi nyata?

No comments:

Post a Comment

hey, you should leave a trace :D